Masa Remaja dan Tantangan Komunikasi dengan Orangtua
Di usia dini, anak-anak cenderung antusias berbagi cerita, entah sepulang sekolah atau sebelum terlelap. Namun, seiring bertambahnya usia, banyak remaja yang justru lebih memilih diam, hanya menjawab singkat, “Oke,” saat diajak bicara. Menghadapi situasi ini, psikolog anak Vanessa Jensen, PsyD, mengingatkan orangtua untuk tidak menyerah menjalin komunikasi.
“Intinya, semua bermuara pada bagaimana kita berkomunikasi. Teruslah berbicara, mendengarkan, dan selalu siap hadir untuk mereka,” ujar Jensen, seperti dikutip dari *Children’s Health Council* (12/8/2025). Orangtua perlu menyesuaikan gaya bicara agar selaras dengan tahap perkembangan remaja. Berikut strategi untuk membuka pintu percakapan dengan buah hati.
Strategi Berkomunikasi dengan Remaja yang Pendiam
1. Pahami Perbedaan Generasi
Remaja menghadapi tekanan lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya.Dunia remaja kini dipengaruhi oleh media sosial, *smartphone*, tuntutan akademik, hingga *bullying* daring dan luring. Meski orangtua mungkin tidak sepenuhnya mengerti, berempati adalah kuncinya. Ingat, dulu orangtua kita pun belum tentu paham sepenuhnya masalah kita saat remaja, merujuk *Cleveland Clinic* dan *Kompas.com* (24/6/2024).
2. Perhatikan Waktu dan Suasana
Pilih momen yang nyaman untuk memulai percakapan.Jensen menyarankan memanfaatkan situasi santai, seperti saat berkendara. “Ketika anak tidak perlu menatap langsung, mereka cenderung lebih terbuka,” jelasnya. Tanpa kontak mata, remaja mungkin merasa lebih nyaman bercerita tanpa khawatir dilihat ekspresinya.
3. Ciptakan Momen Kebersamaan
Aktivitas bersama bisa jadi pintu masuk komunikasi.Luangkan waktu untuk hal-hal sederhana seperti menonton film favorit atau memasak bersama. Meski mungkin ditolak sesekali, kesempatan ini bisa menjadi ajang untuk membangun kedekatan.
4. Validasi Perasaan Mereka
Menerima emosi anak adalah langkah awal komunikasi efektif.Saat remaja kesal, akui perasaan mereka terlebih dahulu. Contohnya, “Kami tahu kamu kesal diminta membereskan kamar. Tidak apa-apa, istirahat dulu 30 menit, lalu kita bicara lagi.” Pendekatan ini membantu mereka merasa dipahami dan lebih terbuka (*CNN*).
5. Ajukan Pertanyaan Spesifik
Pertanyaan detail tunjukkan bahwa orangtua benar-benar peduli.Gantikan “Bagaimana harimu?” dengan pertanyaan lebih personal, seperti “Bagaimana hasil ujian matematiamu?” atau “Apa kabar teman dekatmu?” Ini memberi sinyal bahwa orangtua memperhatikan detail kehidupan mereka.
6. Jadilah Pendengar Aktif
Mendengarkan tanpa interupsi bangun kepercayaan.Hindari memotong atau menghakimi. Dengarkan dengan saksama, tunjukkan bahwa pendapat mereka berharga. Ini memperkuat ikatan dan rasa hormat.
7. Eksplorasi Metode Komunikasi Alternatif
Manfaatkan teknologi untuk tetap terhubung.Jika percakapan langsung terasa sulit, coba gunakan pesan teks, catatan, atau bahkan *doodle*. Beberapa remaja lebih nyaman mengekspresikan diri lewat tulisan atau media kreatif.
8. Kelola Emosi dengan Bijak
Tetap tenang saat emosi memuncak.Saat remaja meluapkan emosi, tetaplah tenang dan hindari balas memarahi. Jensen menekankan, kunci utama adalah konsistensi: terus berbicara, mendengarkan, dan menunjukkan bahwa orangtua selalu ada untuk mereka—bahkan saat mereka tidak meminta bantuan.