Jakarta –
Dinamika hubungan antara mertua dan menantu kerap diwarnai ketegangan, bahkan tak jarang meninggalkan luka emosional yang dalam. Ucapan atau perilaku mertua yang menyakitkan bisa menimbulkan trauma, terutama bagi menantu. Meski pasangan mungkin berada di pihak istri, beban psikologis ini seringkali tetap membayangi. Di tengah budaya Indonesia yang menuntut interaksi intens dengan keluarga besar, menghindari mertua hampir mustahil. Lalu, bagaimana cara mengatasi trauma akibat perlakuan mertua? Simak pandangan psikolog klinis Santosha.id, Ayu Rahmawati Tirto, M.Psi.
Langkah Mengatasi Trauma Akibat Mertua
1. Akui dan Hargai Perasaan Anda
Ada kalanya ucapan atau perilaku mertua bikin menantu sakit hati dan kecewa, sampai meninggalkan trauma. Simak tips dari psikolog agar tetap waras.Pertama-tama, izinkan diri merasakan emosi apa pun yang muncul, tanpa menekan atau menyangkalnya. Menurut Ayu, wajar jika kita merasa sedih, kecewa, atau terluka saat menerima perlakuan negatif. “Saat seseorang mengatakan hal buruk kepada kita, tidak masalah untuk merasa sakit hati,” ujarnya dalam sesi trauma healing yang diadakan Santosha.id dan Menjadi Manusia. Dengan menerima emosi, kita lebih mudah mengelolanya sebelum beralih ke tahap pemulihan berikutnya.
2. Berdamai dengan Ketidaknyamanan
Ada kalanya ucapan atau perilaku mertua bikin menantu sakit hati dan kecewa, sampai meninggalkan trauma. Simak tips dari psikolog agar tetap waras.Di Indonesia, interaksi dengan keluarga besar seringkali tak terelakkan, termasuk dengan mertua. Solusinya, belajarlah hidup dengan ketidaknyamanan tanpa mengabaikan perasaan sendiri. Salah satu caranya adalah dengan membatasi intensitas komunikasi. “Jika biasanya berbicara dua kali sehari, coba kurangi jadi sekali. Tidak masalah juga menolak interaksi jika kondisi mental sedang tidak stabil,” jelas Ayu.
3. Prioritaskan Diri Sendiri
Ada kalanya ucapan atau perilaku mertua bikin menantu sakit hati dan kecewa, sampai meninggalkan trauma. Simak tips dari psikolog agar tetap waras.Sadari bahwa mengubah sifat mertua bukan hal mudah, apalagi jika sudah ada sejarah konflik. Alih-alih berharap mereka berubah, lebih baik fokus pada penguatan diri. “Tingkatkan aktivitas yang membahagiakan, kembangkan hobi, atau lakukan hal-hal yang membuat kita lebih berenergi,” saran Ayu. Dengan begitu, kita memiliki ketahanan lebih baik saat menghadapi situasi tidak nyaman.
Mertua memang bagian dari hidup yang tak bisa dihindari, tetapi kewarasan tetap bisa dijaga. Dengan mengakui perasaan, mengatur jarak interaksi, dan memperkuat diri lewat hal positif, kita bisa tetap tenang meski dalam situasi sulit.