
Mertua yang Menyebalkan: Ciri-Ciri yang Bisa Ganggu Keharmonisan Rumah Tangga
Tidak semua pasangan beruntung memiliki mertua yang suportif. Ada kalanya, sikap mereka justru membuat hubungan rumah tangga jadi tegang, terutama jika terlalu ikut campur dalam urusan pribadi pasangan. Padahal, dukungan dari orang tua pasangan seharusnya menjadi fondasi yang memperkuat keluarga baru.
Lalu, apa saja tanda-tanda mertua yang bisa membuat menantu merasa tidak nyaman? Simak ulasannya agar kamu bisa menghindari perilaku serupa di masa depan.
Ciri-Ciri Mertua yang Menyebalkan
1. Terlalu Banyak Ikut Campur
Menurut Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi., psikolog klinis dewasa dari Jaga Batin Bandung, memberikan saran kepada menantu sebenarnya hal yang wajar. Namun, masalah muncul ketika saran tersebut berubah menjadi paksaan.
“Mertua yang suka ikut campur biasanya ingin mengatur kehidupan menantu, bahkan hingga hal-hal pribadi seperti cara merawat kehamilan,” jelas Adelia.
Misalnya, memaksa menantu mengonsumsi makanan tertentu dengan alasan tradisi, meski menantu tidak menyukainya. Atau, mendikte cara mengurus rumah tangga, padahal pasangan seharusnya belajar mandiri.
Intervensi berlebihan juga sering terjadi dalam pengasuhan cucu, di mana mertua mengabaikan aturan yang sudah diterapkan orang tua.
“Ketika seseorang terus diatur oleh orang lain, dampaknya bisa memengaruhi kesehatan mental,” tambah Adelia.
2. Gemar Membanding-Bandingkan
Salah satu kebiasaan mertua yang kerap menyakitkan adalah membandingkan menantu dengan orang lain, termasuk menantu lainnya.
“Contohnya, membandingkan kehamilan menantu yang satu dengan yang lain. Padahal, setiap perempuan memiliki kondisi kehamilan yang berbeda,” ujar Adelia.
Perbedaan fisik, mental, dan latar belakang seseorang turut memengaruhi pengalaman kehamilan. Ada yang kuat secara fisik tapi rentan stres, ada pula yang sebaliknya.
“Membandingkan kondisi kehamilan menantu dengan pengalaman pribadi mertua juga bisa berdampak buruk pada kesehatan mental,” tegasnya.
3. Masih Mengatur Anak Meski Sudah Menikah
Adelia menyebutkan, ibu mertua yang masih mengendalikan anak lelakinya setelah menikah dapat memicu konflik rumah tangga.
“Istri bisa merasa tidak didukung karena suami selalu memihak ibunya, bahkan saat sang ibu jelas-jelas bersalah,” jelasnya.
Misalnya, ketika menantu menegur mertua, tapi sang mertua malah berbalik menjadi korban dan memengaruhi persepsi anaknya. Akibatnya, suami lebih percaya pada ibunya daripada istri.
“Situasi ini berbahaya, terutama saat istri hamil. Padahal, suami seharusnya menjadi pendukung utama istrinya,” pungkas Adelia.