Peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta, yang diduga dilakukan oleh seorang siswa akibat tekanan *bullying*, menjadi tamparan keras bagi kita semua. Kejadian ini menyoroti betapa bahayanya dampak kekerasan di lingkungan sekolah dan pentingnya penanganan serius terhadap isu ini.
Langkah-Langkah Mengajarkan Anak Menghadapi *Bullying*
Agar anak mampu menghadapi *bullying*, orangtua dapat mengambil beberapa langkah penting:
1. Kenali Perbedaan antara *Bullying*, Candaan, dan Konflik
- *Bullying* bersifat berulang, menimbulkan luka, dan membuat korban merasa tak berdaya.
- Candaan dilakukan dengan santai tanpa maksud menyakiti.
- Konflik terjadi karena perbedaan pendapat, tetapi tidak selalu disertai niat jahat.
2. Latih Anak untuk Berani Melapor
Dorong anak untuk segera memberi tahu orang dewasa terpercaya, seperti guru atau orangtua, jika mengalami *bullying*. Diam hanya akan membuat pelaku semakin leluasa.
3. Ajarkan Perlawanan yang Positif
- Jangan ajarkan anak membalas dengan kekerasan.
- Fokus pada perlindungan diri dan mencari bantuan.
- Bantu anak mengelola emosi melalui kegiatan seperti menulis atau berbicara dengan psikolog.
4. Kembangkan Empati dan Komunikasi Terbuka
Ciptakan lingkungan rumah yang nyaman agar anak mau bercerita. Ajarkan juga pentingnya menghargai perasaan orang lain.
5. Kolaborasi dengan Sekolah
Orangtua dan sekolah harus bekerja sama menciptakan lingkungan yang aman dan mendorong budaya saling peduli.
Kasus di SMAN 72 Jakarta menjadi pengingat betapa pentingnya pencegahan *bullying* sejak dini. Dampaknya bisa sangat serius, bahkan memicu tindakan ekstrem. Membangun generasi yang berempati, berani, dan memahami hak serta tanggung jawabnya adalah tugas kita bersama.




