
Pernahkah Anda merasa lelah terus-menerus meski sudah cukup tidur dan makan bergizi? Bisa jadi, kondisi ini dipicu oleh stres oksidatif—ketidakseimbangan antara radikal bebas dan kemampuan tubuh menetralisirnya. Jika tidak dikelola, kondisi ini dapat merusak sel, memicu peradangan, dan menguras energi secara perlahan.
Cheryl Groskopf, LMFT, terapis trauma dan pendiri *Evolution to Healing*, menjelaskan bahwa stres oksidatif terjadi ketika tubuh tak lagi mampu mengendalikan kerusakan sel. “Radikal bebas terbentuk secara alami dari aktivitas sehari-hari seperti bernapas, mencerna makanan, atau berolahraga. Namun, jika jumlahnya berlebihan dan tubuh gagal menetralkannya, stres oksidatif pun muncul,” ujarnya, dikutip dari *Real Simple* (16/9/2025).
Kondisi ini erat kaitannya dengan kelelahan kronis, gangguan sistem saraf, hingga peradangan. Lantas, bagaimana cara mengatasinya agar energi tetap stabil?
5 Langkah Efektif Mengatasi Stres Oksidatif
1. Tingkatkan Asupan Makanan Kaya Antioksidan
Stres oksidatif bisa bikin tubuh cepat lelah dan rentan sakit. Simak beberapa cara efektif dari ahli untuk mengatasinya agar energi tetap terjaga.
Pertahanan utama melawan stres oksidatif adalah memperbanyak makanan mengandung antioksidan. Dr. Hannah Holmes, psikolog dan pendiri *Holmes Psychology & Counseling*, menyarankan untuk mengonsumsi makanan berwarna-warni.
“Buah, sayuran, dan bahan alami kaya nutrisi adalah bahan bakar bagi sistem pertahanan sel. Bayangkan setiap suapan sebagai tameng pelindung bagi tubuh,” jelasnya.
Beberapa contoh makanan tinggi antioksidan meliputi cokelat hitam, anggur, teh hijau, bayam, tomat, stroberi, dan apel.
2. Prioritaskan Tidur Berkualitas
Stres oksidatif bisa bikin tubuh cepat lelah dan rentan sakit. Simak beberapa cara efektif dari ahli untuk mengatasinya agar energi tetap terjaga.
Tidur bukan sekadar istirahat, melainkan juga proses perbaikan sel. Pastikan durasi tidur 7–9 jam per hari untuk memaksimalkan regenerasi.
“Tidur nyenyak membantu tubuh membersihkan sel-sel rusak, yang secara langsung mengurangi dampak stres oksidatif,” ungkap Holmes.
3. Jangan Abaikan Jam Makan
Stres oksidatif bisa bikin tubuh cepat lelah dan rentan sakit. Simak beberapa cara efektif dari ahli untuk mengatasinya agar energi tetap terjaga.
Melewatkan makan hanya akan memperburuk kondisi. Groskopf memperingatkan bahwa gula darah rendah memicu kortisol—hormon stres yang meningkatkan radikal bebas.
“Bergantung pada kopi atau menunda makan membuat tubuh terus-menerus stres. Akibatnya, energi cepat terkuras,” jelasnya.
Solusinya, makan teratur dengan porsi seimbang antara protein, lemak sehat, dan karbohidrat kompleks.
4. Kelola Emosi dengan Bijak
Stres oksidatif bisa bikin tubuh cepat lelah dan rentan sakit. Simak beberapa cara efektif dari ahli untuk mengatasinya agar energi tetap terjaga.
Emosi yang dipendam tidak hanya memengaruhi mental, tetapi juga memperparah stres oksidatif. Groskopf menegaskan, emosi yang tidak diolah berubah menjadi peradangan dalam tubuh.
“Marah, sedih, atau cemas harus dikelola. Jika tidak, tubuh akan semakin terbebani,” ucapnya.
Beberapa cara mengelola emosi antara lain menulis jurnal, curhat dengan teman, atau berkonsultasi dengan profesional.
5. Optimalkan Lingkungan Sekitar
Stres oksidatif bisa bikin tubuh cepat lelah dan rentan sakit. Simak beberapa cara efektif dari ahli untuk mengatasinya agar energi tetap terjaga.
Lingkungan yang buruk—seperti polusi udara, jamur, atau notifikasi gadget berlebihan—dapat meningkatkan kadar kortisol. Groskopf menyarankan untuk menciptakan ruang yang nyaman.
“Memperbaiki sirkulasi udara, menggunakan pembersih udara, atau mengurangi screen time bisa membantu menurunkan stres,” katanya.
Kapan Harus Khawatir?
Stres oksidatif memang wajar, tetapi waspadai jika Anda sering lelah berlebihan, sulit konsentrasi, atau mengalami peradangan terus-menerus. Jika gejala semakin parah, segera konsultasikan ke dokter.
“Tubuh punya mekanisme alami untuk melawan stres oksidatif. Namun, gaya hidup tidak sehat justru memperlemah pertahanan ini,” tegas Holmes.
Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, risiko stres oksidatif dapat dikurangi. Hasilnya, tubuh lebih berenergi dan siap menghadapi aktivitas sehari-hari.