
Kasus pencopotan Kepala Sekolah SMPN 1 Prabumulih sempat menjadi perbincangan hangat setelah seorang guru menegur anak Wali Kota Prabumulih. Protes dari orangtua siswa memicu sorotan publik terhadap insiden ini.
Meskipun keputusan pencopotan akhirnya dibatalkan, peristiwa ini menjadi bahan renungan tentang pentingnya hubungan harmonis antara orangtua dan guru. Psikolog keluarga Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi., Psikolog, menegaskan bahwa guru dan orangtua seharusnya berperan sebagai mitra, bukan pihak yang saling berhadapan. Komunikasi yang baik dan sikap saling menghormati menjadi fondasi utama dalam mendidik anak.
*”Teguran dari guru bukan sekadar hukuman, melainkan bentuk perhatian. Jika komunikasi berjalan lancar, anak akan memahami bahwa teguran adalah bagian dari proses pembelajaran,”* jelas Sukmadiarti kepada Kompas.com, Senin (22/9/2025).
Walikota Prabumulih Arlan (kanan foto berbaju putih) saat konferensi pers di Kantor Itjen Kementerian Dalam Negeri RI, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (18/9/2025).
Latar Belakang Kasus Wali Kota Prabumulih
Setelah kasus ini viral, Wali Kota Prabumulih, Arlan, menggelar konferensi pers untuk meminta maaf atas pencopotan Kepala Sekolah SMPN 1 Prabumulih, Roni Ardiansyah. Acara tersebut digelar di kantor Inspektorat Jenderal Kemendagri, Jakarta Pusat, Kamis (18/9/2025).
*”Saya memohon maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, terutama warga Prabumulih. Saya mengakui kesalahan saya dalam menangani kasus ini,”* ujar Arlan.
Ia mengaku insiden ini menjadi pelajaran berharga baginya untuk lebih mengendalikan emosi. Arlan juga meminta maaf secara khusus kepada Roni, yang telah kembali menjabat sebagai kepala sekolah sejak 17 September 2025 setelah sempat dinonaktifkan.
Kasus ini menunjukkan betapa reaksi orangtua dapat memengaruhi iklim pendidikan. Lantas, bagaimana cara membangun hubungan yang sehat antara orangtua dan guru?
Strategi Membangun Hubungan Positif dengan Guru
Langkah pertama adalah menjaga komunikasi yang transparan. Sukmadiarti menyarankan agar orangtua tidak langsung emosional saat mendengar laporan dari anak. Sebaiknya, dengarkan cerita anak terlebih dahulu, validasi perasaannya, lalu konfirmasi ke pihak sekolah melalui jalur yang tepat.
*”Jika ada masalah, jangan langsung melompat ke kepala sekolah. Mulailah dengan wali kelas atau guru BK, baru naik ke level lebih tinggi jika diperlukan,”* jelasnya.
Pendekatan ini membantu mencegah kesalahpahaman sekaligus menunjukkan penghargaan terhadap tata kelola sekolah.
-
Menghormati Peran Guru
Hubungan yang sehat juga tercipta ketika orangtua menghargai peran guru. Guru tidak hanya bertugas mengajar, tetapi juga membentuk karakter dan kedisiplinan siswa.
Menurut Sukmadiarti, kolaborasi positif antara guru dan orangtua dapat meningkatkan motivasi belajar serta kesejahteraan psikologis anak. Sebaliknya, konflik justru berisiko menurunkan kepercayaan diri siswa. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk selalu bersikap saling menghormati, meski terdapat perbedaan pandangan.
-
Mengajarkan Tanggung Jawab pada Anak
Selain menghargai guru, orangtua juga perlu membimbing anak untuk bertanggung jawab. Ketika anak ditegur karena kesalahan, orangtua sebaiknya membantu mereka memperbaiki diri dengan cara yang konstruktif.
*”Berikan konsekuensi yang mendidik, bukan sekadar marah atau mencap anak dengan label negatif,”* kata Sukmadiarti.
Misalnya, orangtua bisa meminta anak menulis surat permintaan maaf atau mengajaknya terlibat dalam kegiatan positif di sekolah. Langkah ini membantu anak belajar dari kesalahan tanpa merasa direndahkan.
Pelajaran dari Kasus Wali Kota Prabumulih
Reaksi impulsif dapat memicu konflik, sementara komunikasi yang baik akan memperkuat kerja sama antara guru dan orangtua. Sukmadiarti menegaskan bahwa tujuan pendidikan bukan hanya nilai akademik, tetapi juga pembentukan karakter anak.
Untuk mencapainya, diperlukan sinergi antara sekolah dan rumah melalui komunikasi terbuka, saling menghargai, serta keteladanan dari orangtua. Jika mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan anak atau guru, orangtua bisa berkonsultasi dengan psikolog. Saat ini, banyak psikolog yang membuka layanan konsultasi, baik langsung maupun melalui platform digital seperti @sukmadiarti_psikolog atau @psikolog_keluarga di Instagram.