
Ketika Tantrum Menghampiri: Seni Menenangkan Emosi Si Kecil Tanpa Panik
Momen tantrum pada anak bisa jadi ujian kesabaran bagi orang tua. Saat si kecil mulai meronta, menangis, atau meluapkan emosi secara berlebihan, rasa lelah dan frustasi kerap menyelimuti. Namun, reaksi orang tua justru menentukan apakah situasi akan membaik atau malah semakin rumit.
Emosi Anak Butuh Dipahami, Bukan Diredam
Jennifer Caffelle, pakar pendidikan keluarga, menjelaskan bahwa tantrum sebenarnya bagian dari proses belajar anak mengenali emosi. “Tantrum memang melelahkan, tapi orang tua perlu menghindari reaksi negatif. Alih-alih marah, bantu anak memahami perasaannya,” ujarnya, seperti dikutip dari *Family Education* (2/9/2025).
Anak-anak sering kali kewalahan dengan emosi yang baru mereka rasakan. Jika orang tua ikut terbawa emosi, suasana bisa semakin kacau. Kata-kata yang penuh empati justru menjadi kunci untuk menenangkan mereka.
Mengapa Kalimat Tenang Begitu Penting?
Tantrum bukan sekadar ulah anak yang rewel, melainkan momen penting dalam perkembangan emosional mereka. Dengan bimbingan orang tua, anak belajar mengidentifikasi rasa marah, kecewa, atau sedih tanpa merasa sendirian.
“Setiap anak unik. Cara yang efektif untuk satu anak belum tentu cocok untuk yang lain. Kenali karakter anak Anda,” saran Brittany McCabe, spesialis perkembangan anak. Ia menambahkan, konsistensi dan ketenangan orang tua membantu anak membangun kosakata emosi serta kepercayaan diri untuk menghadapi masalah di masa depan.
7 Kalimat Ajaib untuk Meredakan Tantrum
Berikut tujuh kalimat yang direkomendasikan Jennifer Caffelle untuk menenangkan anak saat tantrum:
1. “Kamu sedang marah banget ya?” – Membantu anak menyadari emosi yang sedang mereka rasakan.
2. “Mama juga kadang marah, yuk kita atasi bareng-bareng.” – Menunjukkan bahwa marah adalah hal wajar dan mereka tidak sendirian.
3. “Gimana kalau kita coba cara lain?” – Mengajak anak berpikir solusi tanpa langsung diberi jawaban.
4. “Kayaknya ini susah ya, kita istirahat dulu sebentar ya.” – Memberi waktu untuk menenangkan diri sebelum melanjutkan aktivitas.
5. “Papa ada di sini kalau kamu butuh bantuan.” – Menawarkan dukungan tanpa memaksa.
6. “Enggak apa-apa kalau mau nangis, Ibu tunggu sampai kamu tenang.” – Memberi ruang aman untuk mengekspresikan perasaan.
7. “Mama *ngerti* rasanya enggak adil.” – Memvalidasi kekecewaan anak meski situasi tidak bisa diubah.
Kunci Utama: Tenang dan Konsisten
Menurut Caffelle, reaksi orang tua menjadi contoh bagi anak dalam mengelola emosi. “Dengan bersikap tenang dan konsisten, anak merasa lebih aman untuk belajar mengendalikan diri,” jelasnya. McCabe juga menekankan pentingnya mengenali pola tantrum anak agar bisa mengantisipasinya.
Tantrum mungkin tak sepenuhnya hilang, terutama di usia balita. Namun, dengan pendekatan yang tepat, anak perlahan memahami bahwa emosi bisa dikenali dan diatur—bekal berharga untuk tumbuh kembang mereka.