
Tips Mengelola Emosi demi Hubungan Pernikahan yang Lebih Kuat
Setiap pasangan tentu menginginkan pernikahan yang langgeng dan penuh keharmonisan. Meskipun perbedaan pendapat dan konflik adalah hal yang wajar, kunci utamanya terletak pada kemampuan mengendalikan emosi agar perselisihan tidak berubah menjadi pertengkaran yang merusak.
Konflik dalam rumah tangga sebenarnya bisa menjadi peluang untuk mempererat ikatan, asalkan dikelola dengan bijak. Sebaliknya, amarah yang meledak-ledak justru berpotensi merusak hubungan hingga berujung pada perpisahan.
Lantas, bagaimana cara menjaga emosi tetap stabil demi hubungan yang sehat? Psikolog klinis Divani Aery Lovian, M.Psi., yang berpraktik di NALA Mindspace, TigaGenerasi, dan Arsanara, membagikan strateginya dalam sesi konseling pada Sabtu (9/8/2025).
1. Kenali Pemicu Emosi
Memahami hal-hal yang memicu kemarahan adalah langkah pertama yang krusial. Saat emosi mulai memanas, cobalah mengevaluasi diri untuk mengidentifikasi akar masalahnya.
“Pertanyaannya, apa yang biasanya membuat kita mudah marah? Apakah karena dinamika rumah tangga, persepsi terhadap pasangan, atau justru faktor eksternal seperti tekanan pekerjaan yang terbawa ke dalam hubungan?” ujar Divani.
2. Waspadai Tanda-Tanda Fisik
Setelah mengenali pemicunya, perhatikan tanda-tanda fisik yang muncul saat emosi mulai naik. Misalnya, napas menjadi berat, otot menegang, suara meninggi, atau bahkan tangan yang mengepal.
“Jika kita peka terhadap sinyal-sinyal ini, kita bisa lebih cepat menyadari bahwa kemarahan sedang muncul dan segera mengambil tindakan untuk meredakannya,” jelas Divani.
3. Beri Diri Waktu untuk Tenang
Salah satu teknik psikologi yang efektif adalah mengambil jeda sejenak. “Cobalah berhenti sejenak, tarik napas dalam-dalam, atau bahkan menjauh dari situasi yang memicu emosi untuk sementara waktu,” sarannya.
Dengan begitu, kita bisa menghindari reaksi impulsif seperti membentak atau berkata kasar. “Setelah emosi mereda, barulah kembali untuk menyelesaikan masalah dengan kepala dingin,” tambah Divani.
4. Komunikasi yang Jelas dan Santun
Komunikasi asertif adalah kunci untuk menyampaikan perasaan tanpa menyakiti pasangan. “Jangan berharap pasangan bisa membaca pikiran kita. Jika ada kebutuhan atau keinginan, sampaikan secara langsung dengan cara yang baik,” tegas Divani.
Salah satu caranya adalah menggunakan “I” statement, seperti:
- “Aku merasa tidak nyaman ketika pembicaraanku dipotong. Bisakah kamu mendengarkan dulu sebelum memberi tanggapan?”
Dengan begitu, kita mengungkapkan perasaan tanpa menyalahkan pasangan.
5. Fleksibel dengan Ekspektasi
Memiliki harapan terhadap pasangan adalah hal yang normal, tetapi penting untuk menyadari bahwa setiap orang memiliki cara pandang dan kebiasaan yang berbeda.
“Jika kita terlalu kaku dengan ekspektasi dan berusaha mengontrol hal-hal yang sebenarnya di luar kendali, emosi negatif seperti kemarahan akan lebih mudah muncul,” ungkap Divani.
6. Jaga Kesehatan Fisik dan Mental
Kondisi tubuh dan pikiran yang sehat turut memengaruhi stabilitas emosi. “Ketika kita cukup istirahat, tidak terlalu stres, dan merasa segar, kita cenderung lebih sabar dalam menghadapi konflik,” jelasnya.
7. Buat Aturan Main Bersama
Kesepakatan antara suami dan istri sejak awal dapat mencegah banyak perselisihan. “Dengan adanya komitmen bersama, kedua belah pihak sudah memiliki pedoman saat menghadapi masalah,” tutup Divani.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, pasangan dapat membangun hubungan yang lebih harmonis dan tahan lama.