WHO Peringatkan Risiko Global yang Harus Diwaspadai

0 0
Read Time:2 Minute, 22 Second

Lonjakan Kasus Chikungunya di China Picu Kekhawatiran Global

Wilayah selatan China tengah menghadapi peningkatan tajam kasus chikungunya, memicu perhatian serius dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Virus yang dibawa nyamuk ini dinilai berpotensi menyebar secara global, mengancam kesehatan masyarakat dalam skala luas.

Dalam beberapa pekan terakhir, Provinsi Guangdong mencatat lebih dari 7.700 kasus, dengan Foshan sebagai episentrum wabah. Menanggapi hal ini, pemerintah setempat mengambil langkah ekstra, seperti penyemprotan insektisida skala besar dan pemeriksaan rumah-rumah untuk memberantas sarang nyamuk.

Apa Itu Chikungunya?

Chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, utamanya spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus (nyamuk harimau). Gejala utamanya meliputi demam tinggi dan nyeri sendi parah yang dapat bertahan hingga berbulan-bulan. Meski jarang fatal, penyakit ini sangat melemahkan.

“Chikungunya mungkin tidak sepopuler penyakit lain, tetapi sudah terdeteksi di 119 negara, membahayakan sekitar 5,6 miliar orang,” ujar Diana Rojas Alvarez, ahli WHO, dalam jumpa pers di Jenewa.

Penanganan Ketat di Tengah Lonjakan Kasus

Menurut laporan otoritas kesehatan Guangdong, hanya dalam seminggu (27 Juli–2 Agustus), Foshan mencatat 2.770 kasus baru. Penyebaran juga dilaporkan di Guangzhou dan Hong Kong.

Tindakan drastis pun diambil. Di sejumlah wilayah, warga yang enggan berpartisipasi dalam program pengendalian nyamuk bahkan menghadapi pemadaman listrik. Sementara itu, rumah sakit di Foshan dilengkapi kelambu dan fasilitas khusus untuk merawat pasien chikungunya.

Meski laju infeksi mulai melandai, tantangan tetap besar—terutama akibat cuaca yang mendukung perkembangbiakan nyamuk dan risiko kasus impor dari luar negeri.

Pola Penyebaran Mirip Wabah 2004-2005

WHO memperingatkan bahwa pola penyebaran saat ini mirip dengan wabah besar di kawasan Samudra Hindia dua dekade lalu, yang menginfeksi lebih dari 500.000 orang.

“Sejak awal 2025, wilayah seperti Reunion, Mayotte, dan Mauritius melaporkan wabah signifikan. Di Reunion, sekitar sepertiga penduduk diperkirakan terpapar,” jelas Rojas Alvarez. Ia juga menyebutkan adanya transmisi lokal di Eropa, termasuk Prancis dan Italia.

Walau angka kematian chikungunya di bawah 1%, WHO menekankan bahwa jika kasus mencapai jutaan, jumlah korban jiwa bisa sangat tinggi.

Dampak Perubahan Iklim dan Perluasan Habitat Nyamuk

Perubahan iklim memperluas wilayah hidup nyamuk pembawa virus. Aedes albopictus, misalnya, kini bergerak lebih jauh ke utara seiring kenaikan suhu global.

Nyamuk ini aktif di siang hari, terutama pagi dan sore. WHO menyarankan masyarakat di daerah rawan untuk menggunakan repellent, memasang kelambu, dan membersihkan genangan air di pot, ember, atau kaleng bekas.

Belum Ada Vaksin yang Tersedia Luas

Meski dua vaksin chikungunya telah disetujui di beberapa negara, distribusinya masih terbatas. Saat ini, penanganan lebih berfokus pada pereda gejala, seperti pemberian parasetamol.

WHO mendesak negara-negara meningkatkan deteksi dini dan kesiapan respons untuk mengantisipasi lonjakan kasus.

Imbauan Perjalanan dan Langkah Antisipasi

Pemerintah AS telah mengeluarkan peringatan perjalanan ke wilayah terdampak di China. Sementara itu, WHO belum memberlakukan pembatasan khusus, tetapi terus memantau perkembangan.

“Ini saatnya bertindak. Negara-negara harus memperkuat sistem pengawasan dan respons agar tidak terulang wabah besar seperti sebelumnya,” tegas Rojas Alvarez.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Related Posts

Pemicu Skoliosis yang Sering Diabaikan!

Mitos dan Fakta Seputar Tas Berat dan Skoliosis Banyak orang terbiasa membawa tas besar berisi berbagai keperluan sehari-hari. Meski praktis, kebiasaan ini seringkali membuat beban tas menjadi berlebihan. Tak jarang,…

Pandemi Picu Lonjakan Keluhan Nyeri Leher, Dokter Beberkan Penyebabnya

Di era serba digital seperti sekarang, terutama setelah pandemi Covid-19, keluhan nyeri leher semakin sering muncul. Aktivitas seperti bekerja dari rumah, belajar online, dan kebiasaan menatap layar gadget berjam-jam memberi…

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

You Missed

Polres Metro Jaktim Siapkan Safe House Perlindungan bagi Ibu Korban Pembakaran di Cakung

  • By Admin
  • September 23, 2025
  • 0 views
Polres Metro Jaktim Siapkan Safe House Perlindungan bagi Ibu Korban Pembakaran di Cakung

Bahlil Dorong Kader Tanggap Kondisi Rakyat & Dukung Penuh Program Prabowo

  • By Admin
  • September 23, 2025
  • 0 views
Bahlil Dorong Kader Tanggap Kondisi Rakyat & Dukung Penuh Program Prabowo

Tak Termuat dalam UU, Apa Dampaknya?

  • By Admin
  • September 23, 2025
  • 0 views
Tak Termuat dalam UU, Apa Dampaknya?

Pemicu Skoliosis yang Sering Diabaikan!

  • By Admin
  • September 23, 2025
  • 2 views
Pemicu Skoliosis yang Sering Diabaikan!

7 Tips Ampuh Hindari Silau Lampu Strobo Saat Berkendara Malam Hari

  • By Admin
  • September 23, 2025
  • 4 views
7 Tips Ampuh Hindari Silau Lampu Strobo Saat Berkendara Malam Hari

5 Tanda Kerusakan Alternator Mobil yang Harus Diwaspadai Sebelum Tagihan Bengkel Melambung

  • By Admin
  • September 23, 2025
  • 4 views
5 Tanda Kerusakan Alternator Mobil yang Harus Diwaspadai Sebelum Tagihan Bengkel Melambung