Sinergi Keluarga dan PAUD Kunci Stimulasi Optimal Anak Usia Dini

0 0
Read Time:2 Minute, 46 Second

Perkembangan PAUD dan Dua Kecenderungan Orangtua

Sepuluh tahun terakhir, layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh anak-anak, tetapi juga orangtua dan keluarga. Namun, di balik perkembangan ini, muncul dua pola sikap berbeda dari para orangtua dalam menyikapi peran PAUD.

Liest Pranowo, anggota Early Childhood Education and Development (ECED) Council sekaligus Ketua Yayasan Cantigi, mengungkapkan bahwa sebagian orangtua justru semakin aktif menstimulasi anak di rumah setelah belajar dari metode pengajaran PAUD. “Ini adalah tren positif,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (8/8/2025).

Namun, ada pula kecenderungan sebaliknya. Sebagian orangtua malah melepas tanggung jawab pengasuhan karena merasa anak sudah “ditangani” PAUD selama beberapa jam sehari. Padahal, menurut Liest, peran utama dalam pendidikan anak tetap berada di tangan orangtua, bukan guru PAUD.

Waktu Terbatas di PAUD, Peran Besar di Rumah

Liest menegaskan, waktu anak di PAUD sangat singkat—hanya 2-3 jam per hari dalam lima hari seminggu. Sebagian besar waktu mereka justru dihabiskan di rumah bersama keluarga. “Tanpa dukungan keluarga, mustahil PAUD bisa memastikan tumbuh kembang anak optimal,” tegasnya.

Masa 0-5 tahun adalah periode emas perkembangan otak, di mana 90% pertumbuhan otak terjadi. Stimulasi yang konsisten, responsif, dan sesuai tahap perkembangan sangat dibutuhkan. Kabar baiknya, stimulasi tidak harus rumit. Kegiatan sederhana seperti mengobrol saat makan, membacakan cerita sebelum tidur, atau bernyanyi bersama sudah cukup bermakna.

“Yang terpenting adalah interaksi langsung antara anak dan orangtua,” jelas Liest. Sebaliknya, jika anak lebih banyak berinteraksi dengan gawai daripada manusia, perkembangan kognitif, sosial-emosional, dan bahasa bisa terhambat.

Sinergi Keluarga dan PAUD

Liest menekankan, hubungan antara keluarga dan PAUD harus berbentuk kemitraan, bukan penggantian peran. “PAUD bukan penitipan anak, melainkan mitra orangtua,” ujarnya. Beberapa praktik baik di lapangan membuktikan bahwa kolaborasi ini bisa dibangun dengan cara sederhana:

1. Komunikasi Intensif Guru-Orangtua
Di sebuah PAUD di Banyuwangi, guru rutin mengadakan “Ngopi Bareng Bunda dan Ayah”. Pertemuan santai ini menjadi ruang diskusi perkembangan anak dan cara mendukungnya di rumah.

2. Pertemuan Interaktif untuk Keluarga
PAUD Mutiara Hati mengadakan “Kelas Bermain Bersama” setiap dua minggu. Orangtua diajak bermain, mendongeng, dan berdiskusi tentang stimulasi anak. Hasilnya, beberapa ayah yang awalnya jarang terlibat kini aktif mendampingi anak.

3. Peningkatan Kapasitas Guru
Guru PAUD Kasih Bunda mengikuti pelatihan pengasuhan. Mereka lalu menyisipkan pesan pengasuhan dalam cerita untuk anak dan buku penghubung orangtua.

4. Kolaborasi PAUD dan Posyandu
Di Desa Cilangkap, guru PAUD dan kader posyandu mengedukasi orangtua dengan cara santai, seperti diskusi di bawah pohon mangga. Suasana informal membuat orangtua lebih nyaman belajar.

5. Grup WhatsApp sebagai Wadah Belajar
PAUD Cendekia memanfaatkan grup WA untuk berbagi tips pengasuhan dan dukungan emosional antarorangtua. Grup ini menjadi komunitas saling menguatkan tanpa kesan menggurui.

6. Materi Edukasi Visual Menarik
Seorang guru PAUD di Padang membuat infografis sederhana tentang stimulasi anak menggunakan Canva. Orangtua pun bisa mencetak dan menempelkannya di rumah sebagai pengingat harian.

Masa Depan Anak Dimulai Hari Ini

Liest menegaskan, penguatan peran keluarga dalam stimulasi anak bukanlah sekadar pelengkap, melainkan hal esensial. “Anak butuh kehangatan berkelanjutan, baik di sekolah maupun di rumah,” tegasnya.

Ia mengajak semua pihak, terutama pendidik PAUD, untuk terus memperkuat kapasitas sebagai pendamping keluarga. Dengan begitu, PAUD bisa menjadi pusat belajar bersama yang mendukung tumbuh kembang anak secara holistik. “Masa depan anak tidak bisa ditunda. Stimulasi hari ini menentukan siapa mereka esok,” pungkas Liest.

Ilustrasi orangtua memberi stimulasi lewat permainan pada balita. Ilustrasi orangtua memberi stimulasi lewat permainan pada balita.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Related Posts

5 Manfaat Ajaib untuk Kesehatan Tubuh!

Sea Moss Jadi Tren di Kalangan Selebritas, Apa Manfaatnya untuk Kesehatan? Belakangan ini, *sea moss* ramai diperbincangkan di TikTok dan menjadi bagian dari gaya hidup sehat sejumlah selebritas dunia seperti…

Peran Ayah Non-Biologis: Bisakah Mereka Menggantikan Ayah Kandung Seperti DJ Bravy?

Aktris dan _influencer_ Erika Carlina baru saja menyambut kelahiran putra pertamanya. DJ Bravy, sang kekasih, terus mendampingi Erika sejak proses persalinan hingga terlibat aktif dalam pengasuhan si kecil. Kehadirannya memicu…

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

You Missed

Toyota Voxy Bekas Harga Mulai Rp 300 Jutaan – Cek Sekarang!

  • By Admin
  • August 9, 2025
  • 0 views
Toyota Voxy Bekas Harga Mulai Rp 300 Jutaan – Cek Sekarang!

Rahasia di Balik Teknologi Sistem Penggerak Canggih Nissan X-Trail 2024

  • By Admin
  • August 9, 2025
  • 0 views
Rahasia di Balik Teknologi Sistem Penggerak Canggih Nissan X-Trail 2024

Fitur Keselamatan Terbukti Efektif!

  • By Admin
  • August 9, 2025
  • 0 views
Fitur Keselamatan Terbukti Efektif!

5 Komunitas Mobil Paling Seru di Daihatsu Kumpul Sahabat Cirebon 2024

  • By Admin
  • August 9, 2025
  • 0 views
5 Komunitas Mobil Paling Seru di Daihatsu Kumpul Sahabat Cirebon 2024

Perbandingan Mengejutkan Harga Sparepart Suzuki Satria F150 CBU vs CKD, Beda Banget!

  • By Admin
  • August 9, 2025
  • 0 views
Perbandingan Mengejutkan Harga Sparepart Suzuki Satria F150 CBU vs CKD, Beda Banget!

Legenda MotoGP dengan Insting Balap Terbaik Sepanjang Masa

  • By Admin
  • August 9, 2025
  • 0 views
Legenda MotoGP dengan Insting Balap Terbaik Sepanjang Masa