
Jakarta yang Tak Pernah Tidur dari Kemacetan
Setiap hari, ibukota Indonesia ini seperti terjebak dalam lingkaran kemacetan tak berujung, terutama di titik-titik rawan seperti Jalan TB Simatupang. Padatnya arus kendaraan di jam sibuk bukan hanya menguji kesabaran pengemudi, tetapi juga ketahanan mesin kendaraan.
Suhu mesin yang melonjak akibat macet berkepanjangan, ditambah teriknya cuaca, membuat peran cairan pendingin atau *coolant* semakin krusial. Tanpa perlindungan yang memadai, mesin bisa mengalami masalah serius.
Kriteria Coolant yang Ideal
Fendi, Director PT Autokooling Jaya Nusantara (AJN), distributor resmi Koyorad di Indonesia, memaparkan dua syarat utama *coolant* berkualitas: mampu meningkatkan titik didih dan mengandung zat antikarat.
“*Coolant* berkualitas rendah memiliki titik didih yang lebih rendah, sehingga mudah menguap dan gagal mendinginkan mesin dengan optimal. Lebih parah lagi, bisa memicu karat pada blok mesin, yang lama-kelamaan menyebabkan korosi dan penyumbatan di saluran radiator,” jelas Fendi kepada Kompas.com, Rabu (13/8/2025).
Ilustrasi menuang *coolant* ke radiator.
Dampak Buruk Pendingin yang Tersumbat
Fendi memperingatkan, penyumbatan pada sistem pendingin akibat karat atau kotoran bisa berujung pada *overheat* hingga kebocoran radiator. Risiko ini semakin tinggi pada kendaraan yang sering terjebak macet, karena aliran udara ke radiator terhambat, memaksa sistem pendingin bekerja lebih keras.
Perawatan Rutin Jadi Kunci
Untuk menghindari masalah tersebut, Fendi menyarankan penggantian *coolant* sesuai anjuran pabrikan dan pengurasan radiator setiap 30.000 kilometer atau maksimal dua tahun sekali.
“Dengan pemilihan *coolant* yang tepat dan perawatan berkala, mesin tetap bisa beroperasi dengan dingin meski sering menghadapi kemacetan,” tegasnya.