Dampak Mengerikan Paparan Informasi Negatif bagi Kesehatan Fisik Menurut Para Ahli

0 0
Read Time:3 Minute, 31 Second

Terlalu sering terpapar berita negatif, seperti kasus korupsi atau kondisi negara yang memprihatinkan, ternyata tidak hanya memengaruhi kesehatan mental tetapi juga berdampak pada kondisi fisik. Para ahli memperingatkan bahwa paparan berkelanjutan terhadap informasi negatif dapat memicu stres, mengacaukan pola tidur, serta memperburuk masalah kesehatan yang sudah ada.

Dampak Informasi Negatif terhadap Kesehatan

Memicu Reaksi Fight or Flight

Terpapar informasi negatif terus-menerus, misalnya tentang korupsi, bisa pengaruhi kesehatan fisik. Simak cara mengonsumsi informasi dengan sehat.
Terpapar informasi negatif terus-menerus, misalnya tentang korupsi, bisa pengaruhi kesehatan fisik. Simak cara mengonsumsi informasi dengan sehat.
Menurut psikolog klinis Logan Jones, PsyD, konten media sosial yang sensasional seringkali membuat pembaca kesulitan memproses informasi dengan baik.
“Sayangnya, banyak pemberitaan saat ini dirancang untuk membuat orang terus terpaku pada siklus berita, bukan sekadar memberikan informasi,” ujar Jones, seperti dikutip dari Verywell Mind, Sabtu (30/8/2025).
Paparan berita negatif yang intens dapat memicu respons fight or flight dalam tubuh.
Annie Miller, pakar kesehatan mental, menjelaskan bahwa hal ini meningkatkan produksi hormon kortisol, yang pada akhirnya berdampak buruk bagi kesehatan fisik.
“Ketika otak menganggap sesuatu sebagai ancaman, sistem saraf simpatis akan aktif. Tubuh kemudian melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin,” jelas Miller.
Dalam jangka pendek, respons ini membantu tubuh tetap waspada.
Namun, jika terjadi terus-menerus, kelebihan hormon stres dapat melemahkan sistem imun, meningkatkan tekanan darah, serta memicu keluhan fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan kelelahan.

Gangguan Fisik yang Mungkin Terjadi

Terpapar informasi negatif terus-menerus, misalnya tentang korupsi, bisa pengaruhi kesehatan fisik. Simak cara mengonsumsi informasi dengan sehat.
Terpapar informasi negatif terus-menerus, misalnya tentang korupsi, bisa pengaruhi kesehatan fisik. Simak cara mengonsumsi informasi dengan sehat.
Dr. Robert Bright, psikiater dari Mayo Clinic, menyatakan bahwa paparan berita negatif yang berulang dapat memicu perasaan putus asa dan depresi.
“Terus-menerus terpapar peristiwa penuh tekanan, terutama yang di luar kendali kita, dapat menimbulkan keputusasaan dan depresi,” katanya.
Tak hanya kesehatan mental yang terganggu, tubuh juga bisa mengalami gejala fisik seperti:

  1. Kesulitan tidur atau insomnia
  2. Perubahan nafsu makan (berkurang atau berlebihan)
  3. Detak jantung yang lebih cepat
  4. Otot tegang atau nyeri
  5. Rasa lelah yang berlebihan dan kehilangan energi

Jika dibiarkan, stres kronis akibat kecemasan bisa berujung pada burnout, yang ditandai dengan kelelahan ekstrem, hilangnya motivasi, perasaan apatis, dan menarik diri dari lingkungan sosial.

Mengapa Manusia Mudah Terpengaruh Informasi Negatif?

Isu seperti korupsi dan keamanan nasional sering dianggap sebagai ancaman serius karena menyangkut rasa aman bersama.
Saat menerima informasi tersebut, otak bisa menganggapnya sebagai ancaman langsung, meskipun peristiwa itu terjadi jauh dari lokasi seseorang.
“Bahkan jika hanya sebagai latar belakang, berita yang bersifat alarmis tetap berdampak buruk pada psikologis,” jelas Miller.
Inilah mengapa banyak orang merasa cemas, mudah marah, atau sulit berkonsentrasi setelah terlalu banyak mengonsumsi berita tentang kondisi negara.

Jangan Apatis, Tetap Waspada

Terpapar informasi negatif terus-menerus, misalnya tentang korupsi, bisa pengaruhi kesehatan fisik. Simak cara mengonsumsi informasi dengan sehat.
Terpapar informasi negatif terus-menerus, misalnya tentang korupsi, bisa pengaruhi kesehatan fisik. Simak cara mengonsumsi informasi dengan sehat.
Meskipun berdampak negatif pada kesehatan, para ahli menyarankan agar masyarakat tetap mengikuti perkembangan informasi.
Memahami situasi negara adalah bagian penting dari partisipasi warga negara.
“Kuncinya adalah keseimbangan. Masyarakat perlu tetap terinformasi tanpa tenggelam dalam arus berita yang memicu kecemasan berlebihan,” kata Jones.
Dengan kata lain, penting untuk tetap mengetahui isu sosial dan politik tanpa mengorbankan kesehatan mental dan fisik.
Masyarakat tidak boleh abai terhadap kondisi negara, tetapi perlu mengatur cara mengonsumsi informasi agar tidak berlebihan.

Cara Sehat Mengonsumsi Informasi

Mengingat dampaknya yang signifikan, berikut beberapa tips dari para ahli untuk mengonsumsi berita dengan lebih bijak:

1. Batasi Waktu Menonton Berita

Psikoterapis Haley Neidich, LCSW, menyarankan agar waktu membaca atau menonton berita dibatasi maksimal 30 menit per hari.
Gunakan waktu tersebut untuk mencari tahu perkembangan terbaru tanpa berlebihan.

2. Pilih Sumber Terpercaya

Terpapar informasi negatif terus-menerus, misalnya tentang korupsi, bisa pengaruhi kesehatan fisik. Simak cara mengonsumsi informasi dengan sehat.
Terpapar informasi negatif terus-menerus, misalnya tentang korupsi, bisa pengaruhi kesehatan fisik. Simak cara mengonsumsi informasi dengan sehat.
Jones menekankan pentingnya memilih media yang menyajikan berita secara seimbang dan berbasis fakta, bukan hanya mengandalkan judul sensasional.

3. Tetapkan Worry Time

Miller merekomendasikan teknik mengalokasikan waktu khusus untuk membaca berita dan merenungkan kekhawatiran.
Dengan cara ini, otak belajar membatasi kecemasan hanya pada waktu tertentu, bukan sepanjang hari.

4. Perhatikan Respons Tubuh

Sebelum dan setelah membaca berita, tanyakan pada diri sendiri apakah merasa lebih tenang atau justru gelisah.
Jika muncul perasaan negatif, sebaiknya kurangi asupan informasi untuk sementara waktu.

5. Lakukan Aktivitas Penyeimbang

Setelah membaca berita berat, lakukan kegiatan yang menenangkan seperti berjalan kaki, olahraga ringan, ngobrol dengan teman, atau menekuni hobi.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, kamu tetap bisa mengikuti perkembangan situasi tanpa mengorbankan kesehatan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Related Posts

Cuaca Panas Picu Emosi? Begini Tips Psikiater untuk Mengendalikannya

Sengatan terik matahari ternyata tak hanya menguras energi fisik, tetapi juga berpotensi mengganggu keseimbangan mental. Berikut penjelasan mendalam tentang bagaimana suhu tinggi memengaruhi kondisi psikologis dan langkah antisipasinya: Pengaruh Panas…

Anak Ditegur di Sekolah? Psikolog Ungkap Efek Memarahinya Lagi di Rumah

Insiden Tamparan Kepala Sekolah di Banten: Bagaimana Sebaiknya Orang Tua Menyikapi Hukuman di Sekolah? Seorang kepala sekolah di Banten menjadi sorotan setelah diduga menampar seorang siswa (ILP, 17) yang ketahuan…

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

You Missed

Cuaca Panas Picu Emosi? Begini Tips Psikiater untuk Mengendalikannya

  • By Admin
  • October 19, 2025
  • 0 views
Cuaca Panas Picu Emosi? Begini Tips Psikiater untuk Mengendalikannya

Anak Ditegur di Sekolah? Psikolog Ungkap Efek Memarahinya Lagi di Rumah

  • By Admin
  • October 19, 2025
  • 0 views
Anak Ditegur di Sekolah? Psikolog Ungkap Efek Memarahinya Lagi di Rumah

Risiko Baby Blues Meningkat pada Kehamilan di Bawah 20 Tahun, Simak Penjelasan Dokter!

  • By Admin
  • October 19, 2025
  • 0 views
Risiko Baby Blues Meningkat pada Kehamilan di Bawah 20 Tahun, Simak Penjelasan Dokter!

5 Alasan Orangtua Membela Anak yang Salah, Belajar dari Kasus Kepala Sekolah Menampar Murid

  • By Admin
  • October 19, 2025
  • 1 views
5 Alasan Orangtua Membela Anak yang Salah, Belajar dari Kasus Kepala Sekolah Menampar Murid

7 Momen Lamaran Romantis Teuku Rassya & Cleantha Islan dengan Nuansa Pastel yang Memikat

  • By Admin
  • October 19, 2025
  • 1 views
7 Momen Lamaran Romantis Teuku Rassya & Cleantha Islan dengan Nuansa Pastel yang Memikat

Psikolog Ungkap Dampak Fatal Orangtua Membela Anak yang Salah, Kasus Kepsek Tampar Murid Jadi Pelajaran

  • By Admin
  • October 19, 2025
  • 1 views
Psikolog Ungkap Dampak Fatal Orangtua Membela Anak yang Salah, Kasus Kepsek Tampar Murid Jadi Pelajaran