
Jakarta –
Belakangan ini, kasus bunuh diri semakin sering terjadi, salah satunya melibatkan seorang ibu dan anak-anaknya di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lalu, apa sebenarnya yang mendorong seseorang mengambil langkah ekstrem tersebut?
Dua psikolog yang dihubungi Kompas.com pada Senin (8/9/2025) memaparkan penjelasan mendalam mengenai tahapan dan penyebab di balik tindakan bunuh diri.
Tahapan Bunuh Diri
Three-Step Theory of Suicide
Menurut Clement Eko Prasetio, M.Psi., psikolog dari Indopsycare, memahami bunuh diri perlu dimulai dengan mengenal konsep *suicide ideation* (pemikiran bunuh diri) dan *suicide behavior* (perilaku bunuh diri), serta teori *three-step theory of suicide* (3 ST).
“Yang satu berkaitan dengan ide, sementara yang lain berupa tindakan atau percobaan. Teori 3 ST menjelaskan tahapan psikologis yang dilalui seseorang sebelum melakukan *suicide attempt* atau *suicide action*,” jelas Clement.

Tahap pertama muncul ketika seseorang mulai memiliki motivasi untuk bunuh diri, yang termasuk dalam *ideation* awal. Motivasi ini biasanya muncul dari perasaan putus asa, merasa tidak berdaya, dan terjebak dalam situasi tanpa solusi.
Tahap kedua adalah ketika pemikiran bunuh diri semakin kuat karena individu merasa sangat terisolasi secara sosial. “Persepsi bahwa koneksi sosialnya buruk—meskipun sebenarnya tidak—dapat memperbesar keinginan untuk mengakhiri hidup,” ujar Clement.
Tahap ketiga terjadi ketika seseorang mulai melakukan percobaan bunuh diri. Faktor kunci di sini adalah kapabilitas, seperti akses terhadap metode bunuh diri atau pengetahuan tentang cara melakukannya. “Pengalaman tidak harus langsung, bisa juga dari melihat atau mengetahui kasus serupa,” tambahnya.
Faktor Penyebab Bunuh Diri
Rasa Putus Asa

Perasaan putus asa dan depresi sering kali menjadi pemicu utama. “Individu merasa tidak punya harapan, tidak melihat tujuan hidup, atau tidak tahu lagi harus berbuat apa,” terang Clement.
Isolasi Sosial
Koneksi sosial yang buruk—baik secara persepsi maupun fakta—dapat meningkatkan risiko bunuh diri. “Misalnya, seseorang mengalami perundungan, dikucilkan, atau selalu merasa sendiri. Kesepian bisa memperkuat kecenderungan ini,” jelasnya.
Pengetahuan tentang Bunuh Diri
Pengetahuan mengenai metode bunuh diri atau riwayat keluarga yang pernah melakukannya juga berperan dalam meningkatkan risiko.
Kepekaan Emosional Tinggi

Beberapa orang memiliki kecenderungan genetik yang membuat mereka lebih peka secara emosional. “Jika kemampuan mengelola emosi buruk, hal ini bisa memicu tindakan bunuh diri sebagai bentuk regulasi emosi yang tidak sehat,” kata Clement.
Gangguan Emosi
Kondisi seperti depresi dan gangguan suasana hati juga berkontribusi terhadap risiko bunuh diri.
Faktor Tambahan
Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi., psikolog dari Jaga Batin, menambahkan bahwa hilangnya harapan akan masa depan atau penyelesaian masalah juga bisa menjadi pemicu.
*Catatan:*
*Depresi bukanlah hal sepele. Jika Anda atau orang terdekat mengalami pikiran bunuh diri, jangan ragu mencari bantuan melalui layanan dukungan seperti yang tercantum di https://www.dapetblog.com/category/tech-news/. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Untuk penanganan lebih lanjut, konsultasikan dengan psikolog, psikiater, atau klinik kesehatan jiwa.*