
Ketika pasangan ketahuan berbohong, berselingkuh, atau melanggar janji, rasa sakit yang muncul bisa terasa seperti pukulan telak. Di usia akhir 20-an hingga 30-an—masa di mana banyak orang mulai membangun komitmen jangka panjang—hancurnya kepercayaan seringkali memunculkan dilema: bertahan atau berpisah?
Neha Prabhu, LMFT, seorang terapis hubungan, menegaskan bahwa memulihkan kepercayaan bukan proses yang cepat. “Kepercayaan tidak bisa dibangun kembali dalam semalam hanya dengan satu percakapan atau permintaan maaf,” ujarnya, seperti dilansir *USA Today*. Ia mengibaratkan kepercayaan seperti tembok bata: jika sudah runtuh, butuh waktu dan upaya bertahap untuk menyusunnya kembali melalui dialog jujur, tindakan konsisten, dan pengakuan tulus dari pihak yang bersalah.
Langkah Memulihkan Rasa Percaya dalam Hubungan
Bagi yang sedang berjuang memulihkan kepercayaan, berikut beberapa panduan yang bisa diikuti:
1. Ekspresikan Rasa Sakit dengan Jujur
Pasangan yang terluka perlu berani mengungkapkan perasaannya tanpa ditutup-tutupi. Sementara itu, pasangan yang bersalah harus siap mendengarkan, mengakui kesalahan, dan memvalidasi emosi yang muncul. Tanpa langkah ini, hubungan bisa mandek seperti jalan buntu.
Sekadar mengucap “Maaf aku menyakitimu” mungkin tidak cukup, tergantung seberapa dalam lukanya. “Luka perlu dibersihkan dulu, meski sakit, bukan sekadar ditutup plester,” kata Prabhu. Ia menyarankan pasangan untuk menelusuri akar masalah: “Mengulik ‘bagaimana kita sampai di titik ini’ bisa membantu memahami apakah kesalahan itu disengaja atau akibat miskomunikasi, ketakutan, atau harapan yang tak terungkap.”
2. Kelola Emosi dan Hindari Sikap Defensif
Kedua pihak harus menyadari bagaimana perasaan mereka memengaruhi proses pemulihan. “Pasangan yang bersalah perlu mengendalikan sikap defensif dan fokus pada memahami pengalaman pasangan yang terluka,” jelas Prabhu.
3. Evaluasi Kemungkinan Perubahan
Tidak semua hubungan layak diperbaiki. Tanyakan pada diri sendiri: Apakah pasangan benar-benar berubah? Bisakah aku merasa aman lagi bersamanya? Jawabannya sering terlihat dari tindakan sehari-hari, bukan sekadar janji.
Terkadang, hancurnya kepercayaan justru pertanda bahwa hubungan itu tidak lagi sehat. Apalagi jika upaya perbaikan hanya datang dari satu sisi.