
Fenomena “Marriage is Scary” dan Kaitannya dengan Gaya Kelekatan
Rasa takut menikah atau yang sering disebut sebagai *marriage is scary* ternyata memiliki hubungan erat dengan *attachment style* atau gaya kelekatan seseorang. Menurut Dr. Pingkan C.B Rumondor, M.Psi., psikolog klinis dewasa dan peneliti relasi interpersonal, ketakutan ini sering muncul pada individu dengan gaya kelekatan yang *insecure*, baik itu *avoidant* maupun *anxious*.
Berikut penjelasan lebih dalam mengenai *attachment style* dan pengaruhnya terhadap persepsi seseorang tentang pernikahan.
Hubungan Antara *Attachment Style* dan Ketakutan Menikah
Apa Itu *Attachment Style*?
*Attachment style* mengacu pada cara seseorang membentuk dan mempertahankan hubungan dengan orang lain, baik dalam pertemanan, hubungan kerja, maupun percintaan.
“*Attachment style* merupakan pola interaksi kita dengan orang lain,” jelas psikolog Medwin Wisnu Prabowo, M.Psi., CH, CHt, dalam siaran Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (17/9/2025).
Pingkan menambahkan bahwa gaya kelekatan ini terbentuk sejak masa kecil, terutama melalui interaksi dengan orangtua atau pengasuh utama. Pola pengasuhan yang stabil dan memenuhi kebutuhan emosional anak akan membentuk *secure attachment*. Namun, pengalaman traumatis seperti pelecehan atau kekerasan dapat mengubah gaya kelekatan seseorang, meskipun sebelumnya ia tumbuh di lingkungan yang sehat.
Jenis-Jenis *Attachment Style*
Terdapat empat tipe utama *attachment style*, yaitu *secure*, *anxious*, *avoidant*, dan *disorganized*. Berikut penjelasannya:
1. *Secure Attachment*
*Secure attachment* adalah gaya kelekatan yang sehat. Individu dengan tipe ini nyaman dengan kedekatan emosional, mudah mempercayai orang lain, dan memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri maupun pasangannya.
Tipe ini biasanya terbentuk dari pola asuh yang konsisten, penuh kasih sayang, tetapi tidak berlebihan. Anak diberi penghargaan saat berprestasi dan konsekuensi yang tepat saat melakukan kesalahan.
2. *Anxious Attachment*
*Anxious attachment* ditandai dengan rasa cemas berlebihan dalam hubungan, ketakutan ditinggalkan, dan kebutuhan tinggi akan validasi dari pasangan.
“Anak yang dibesarkan oleh orangtua dengan pola pengasuhan tidak konsisten cenderung mengembangkan *anxious attachment*,” ungkap Pingkan.
3. *Avoidant Attachment*
Orang dengan *avoidant attachment* cenderung menghindari kedekatan emosional dan merasa tidak nyaman dengan keintiman.
“Anak yang diasuh oleh orangtua yang cuek secara emosional atau *neglectful* biasanya memiliki gaya kelekatan ini,” jelas Pingkan.
4. *Disorganized Attachment*
*Disorganized attachment* adalah tipe yang paling kompleks dan umumnya terbentuk akibat pengalaman traumatis seperti kekerasan atau pelecehan.
Individu dengan tipe ini sering merasa tidak layak dicintai, memiliki emosi tidak stabil, dan kesulitan membangun hubungan yang sehat.
“Anak dari orangtua yang *abusive* biasanya mengembangkan gaya kelekatan ini,” kata Pingkan.
Bagaimana *Attachment Style* Mempengaruhi Ketakutan Menikah?
Pingkan menyoroti bahwa *avoidant* dan *anxious attachment* sering kali menjadi penyebab ketakutan menikah.
“Bagi yang *avoidant*, mereka khawatir kebebasannya hilang. Sedangkan yang *anxious*, mereka takut pasangan tidak lagi mencintai mereka,” paparnya.
Selain itu, pandangan bahwa pernikahan penuh risiko dan tidak selalu langgeng semakin memperkuat kecemasan ini.
“Individu dengan *secure attachment* biasanya lebih siap menikah dan memandang pernikahan sebagai sesuatu yang membahagiakan,” tambah Pingkan.