
Banyak orang mengira bahwa kebahagiaan hanya bisa diraih melalui pernikahan dan membina keluarga. Akibatnya, mereka yang memilih tetap melajang hingga usia lanjut sering dianggap kurang beruntung atau tidak bahagia. Namun, apakah benar menikah selalu lebih membahagiakan dibandingkan hidup sendiri?
Menurut Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., psikolog klinis dari RS DR Oen Solo Baru, kebahagiaan tidak selalu bergantung pada status hubungan. “Apakah hidup sendiri bisa membuat seseorang benar-benar bahagia? Tentu bisa, asalkan ia menemukan makna, dukungan sosial, dan kepuasan hidup melalui karier, hobi, atau komunitasnya,” jelasnya.
Baca juga: [Kenapa Orang Takut Menikah? Ini Penjelasan Psikolog soal Marriage is Scary](https://www.dapetblog.com/category/tech-news/)
Pilihan Hidup yang Disadari
Menikah atau tetap melajang adalah keputusan pribadi yang harus diambil secara sadar dan tanpa paksaan. Kedua pilihan ini sama-sama bisa mendatangkan kebahagiaan, asalkan didasari oleh pemahaman yang jelas tentang tujuan hidup.
Joko memberikan contoh profesi tertentu yang memilih untuk tidak menikah, seperti pastor, biarawati, atau biksu. “Apakah mereka tidak bahagia? Belum tentu. Mereka mungkin menemukan kebahagiaan dalam pengabdian dan penyerahan diri kepada Sang Pencipta,” ujarnya.
Keputusan untuk tidak menikah tidak selalu berarti kegagalan dalam hubungan. Bisa jadi, seseorang lebih nyaman dengan kehidupan lajang karena memiliki prioritas atau makna hidup yang berbeda.
“Kebahagiaan tidak ditentukan oleh status pernikahan, melainkan oleh kualitas hidup, relasi, dan bagaimana seseorang memberi makna pada kehidupannya,” tegas Joko.
Baca juga: [Pasangan Takut Menikah? Begini Cara Menghadapinya Menurut Psikolog](https://www.dapetblog.com/category/tech-news/)