
Penyakit jantung koroner masih menjadi penyebab utama kematian terkait gangguan jantung di Indonesia. Menurut dr. Bambang Budiono, Sp.JP, FIHA, FAPSC, FAPSIC, FSCAI, spesialis jantung dan pembuluh darah, kondisi ini mendominasi statistik kasus penyakit kardiovaskular di Tanah Air. Pernyataan ini disampaikan dalam acara Primaya Cardiovascular Conference 2025 di Jakarta, Sabtu (20/9/2025).
Apa itu penyakit jantung koroner?
Dikenal sebagai penyakit gaya hidup
Penyakit jantung koroner, yang sering dikaitkan dengan kebiasaan hidup tidak sehat, terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. dr. Rony M. Santoso, Sp.JP (K), FIHA, FESC, FAPSC, FSCAI, dari Primaya Hospital Tangerang, menjelaskan bahwa kondisi ini dipicu oleh aterosklerosis—penumpukan plak lemak di dinding pembuluh darah.
“Proses aterosklerosis inilah yang menyebabkan penyumbatan arteri koroner, dan ini sangat dipengaruhi oleh gaya hidup seperti stres, kurang tidur, obesitas, serta penyakit metabolik,” ujarnya.
Dulu, penyakit jantung yang banyak ditemukan di Indonesia adalah jantung rematik akibat infeksi. Namun, seiring perubahan pola hidup, kasus jantung koroner kini lebih dominan.
Pengobatan jantung koroner
Penanganan jantung koroner disesuaikan dengan tingkat keparahan penyumbatan. Menurut dr. Rony, salah satu metode yang umum digunakan adalah kateterisasi. “Kita bisa melakukan balonisasi untuk membuka sumbatan atau memasang ring jika diperlukan,” jelasnya. Selain prosedur medis, terapi obat-obatan juga tetap diperlukan untuk mengendalikan kondisi pasien.
Faktor risiko dan pencegahan jantung koroner
Faktor risiko utama penyakit ini meliputi pola makan tidak sehat, kurang gerak, kebiasaan merokok, stres berlebihan, kelebihan berat badan, dan diabetes. dr. Bambang mengibaratkan, “Rokok, kolesterol tinggi, dan malas berolahraga seperti pupuk yang mempercepat perkembangan penyakit.”
Untuk mencegahnya, disarankan menerapkan pola makan seimbang, rutin beraktivitas fisik, menghindari rokok, dan mengelola stres. Pemeriksaan kesehatan jantung sejak dini juga penting, terutama bagi yang memiliki riwayat keluarga atau kadar kolesterol tinggi.