
Jepang kembali memecahkan rekor jumlah penduduk berusia 100 tahun ke atas (centenarian) untuk tahun ke-55 secara berturut-turut. Negeri Sakura yang terkenal dengan masyarakatnya yang berumur panjang ini mencatatkan angka tertinggi dalam sejarah, dengan total 99.763 centenarian per 1 September 2025—meningkat 4.644 orang dibanding tahun sebelumnya. Mayoritas, yakni 88%, adalah perempuan.
Dua nama yang menonjol adalah Kagawa Shigeko, perempuan tertua berusia 114 tahun, dan Mizuno Kiyotaka, pria tertua berusia 111 tahun. Rekor ini sejalan dengan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menempatkan Jepang sebagai salah satu negara dengan harapan hidup tertinggi di dunia, hanya kalah dari Hong Kong.
Mengapa perempuan lebih panjang umur
Data global dari PBB dan Bank Dunia menunjukkan pola serupa: perempuan cenderung hidup lebih lama daripada laki-laki. Rasio centenarian seringkali sekitar 85:15, artinya dari 100 orang berusia di atas 100 tahun, 85 di antaranya perempuan.
Beberapa faktor biologis turut berperan, seperti hormon estrogen yang melindungi kesehatan jantung dan metabolisme tubuh perempuan yang lebih efisien. Namun, gaya hidup juga menjadi kunci. Perempuan secara statistik lebih jarang terlibat dalam perilaku berisiko seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, atau pekerjaan berbahaya.
Selain itu, perempuan lebih proaktif dalam menjaga kesehatan. Mereka rutin memeriksakan diri dan lebih cepat mencari pertolongan medis saat mengalami gejala penyakit, sementara laki-laki cenderung mengabaikannya.
Di Jepang, rendahnya angka kematian akibat penyakit jantung dan kanker turut mendorong harapan hidup yang panjang. Tingkat obesitas yang rendah, terutama pada perempuan, serta kebiasaan aktif bergerak hingga usia lanjut—seperti berjalan kaki—menjadi faktor penting lainnya.