
### Ibu Hamil dan Parasetamol: Kontroversi Klaim Trump vs. Pandangan Medis
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memicu perdebatan setelah menyarankan agar ibu hamil menghindari konsumsi parasetamol (Tylenol), dengan alasan potensi kaitannya dengan autisme pada anak. Pernyataan ini disampaikannya pada 22 September 2025, di mana ia mendesak wanita hamil untuk “berjuang mati-matian” hanya menggunakan obat tersebut jika mengalami demam ekstrem. Namun, klaim ini langsung ditentang oleh banyak ahli medis yang menyebutnya tidak berdasar dan berpotensi membahayakan.
Di sisi lain, otoritas kesehatan Inggris menegaskan bahwa parasetamol masih menjadi pereda nyeri paling aman bagi ibu hamil. Menteri Kesehatan Inggris Wes Streeting bahkan menyatakan, “Saya lebih percaya dokter daripada Presiden Trump dalam hal ini.” Kritik juga datang dari Mel Merritt dari National Autistic Society, yang menyebut komentar Trump sebagai “anti-sains, berbahaya, dan merendahkan penyandang autisme.”
Studi Harvard dan Ketidakpastian Ilmiah
Sebuah tinjauan studi dari Harvard memang mengindikasikan kemungkinan hubungan antara penggunaan parasetamol selama kehamilan dan autisme, tetapi tidak membuktikan sebab-akibat langsung. Beberapa penelitian lain bahkan tidak menemukan korelasi sama sekali. Meski demikian, Trump melangkah lebih jauh dengan mendorong wanita hamil untuk sepenuhnya menghindari obat tersebut kecuali dalam kondisi darurat.

Otoritas kesehatan Inggris menekankan bahwa parasetamol tetap boleh digunakan dengan syarat: dalam dosis minimal dan waktu sesingkat mungkin. Mereka juga mengingatkan bahwa demam yang tidak diobati justru bisa berisiko bagi janin. Sementara itu, aspirin dan ibuprofen umumnya tidak direkomendasikan karena berpotensi mengganggu sirkulasi darah bayi.
Respons FDA dan Ahli Kandungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengambil sikap lebih hati-hati dibandingkan Trump. Dalam panduan resminya, FDA menyatakan bahwa meski beberapa penelitian mencatat kemungkinan kaitan antara parasetamol dan autisme, tidak ada bukti kuat yang menunjukkan hubungan sebab-akibat. Mereka menyarankan dokter untuk tetap mempertimbangkan parasetamol sebagai opsi teraman, sambil membatasi penggunaannya jika memungkinkan.
Dr. Steven Fleischman dari American College of Obstetricians and Gynecologists menegaskan bahwa klaim Trump tidak didukung bukti ilmiah yang kuat. “Penggunaan asetaminofen (parasetamol) secara bijaksana selama kehamilan belum terbukti menyebabkan gangguan perkembangan janin,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa autisme adalah kondisi kompleks yang tidak dapat disederhanakan hanya karena satu faktor.