
Marcus Rashford, sang penyerang andalan Timnas Inggris, baru-baru ini mengungkapkan isi hati yang ditafsirkan banyak pihak sebagai kritik halus terhadap kondisi di Manchester United (MU). Dalam pernyataannya, ia menggarisbawahi betapa sulitnya mempertahankan performa puncak ketika lingkungan di sekitarnya terus berubah-ubah tanpa kepastian.
Lingkungan Tak Stabil Hambat Konsistensi
Rashford menegaskan bahwa konsistensi adalah kunci kesuksesan dalam karier sepak bola. Namun, ia mengakui bahwa dirinya telah lama berada dalam situasi yang justru tidak mendukung hal tersebut. Meski tidak secara langsung menyebut MU, konteks pembicaraannya jelas mengarah pada pengalamannya bersama Setan Merah.
Deretan Pelatih yang Berganti-ganti
Sejak pertama kali membela MU pada 2016, Rashford telah melalui enam era pelatih berbeda: Louis van Gaal, José Mourinho, Ole Gunnar Solskjær, Ralf Rangnick, Erik ten Hag, dan terakhir Ruud van Nistelrooy, belum termasuk periode singkat di bawah asuhan Michael Carrick. Rotasi pelatih ini berdampak pada perubahan taktik dan sistem bermain yang terus berganti, membuat Rashford kesulitan menemukan ritme terbaiknya.
Ia menegaskan bahwa stabilitas dalam latihan dan kehidupan sehari-hari sangat dibutuhkan untuk bisa tampil maksimal. Saat ini, Rashford tengah menjalani masa pinjaman di Barcelona, di mana ia menemukan lingkungan yang lebih stabil. Performa awalnya cukup menjanjikan, bahkan muncul wacana bahwa klub Catalan berencana mempertahankannya secara permanen.
Tantangan Menjadi Pemain Kelas Dunia
Thomas Tuchel, pelatih Timnas Inggris, turut memberikan tanggapan. Menurutnya, Rashford baru bisa disebut sebagai pemain elite jika mampu menunjukkan performa stabil dari pertandingan ke pertandingan. Pernyataan ini semakin menguatkan betapa pentingnya konsistensi bagi karier seorang atlet.