
Di tengah gemerlap teknologi dan kemudahan berkomunikasi secara digital, ironisnya banyak orang justru merasa kesepian. Meski dikelilingi keramaian atau terhubung dengan ratusan teman di dunia maya, tak jarang muncul rasa terisolasi secara emosional. Menurut psikiater Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, kondisi ini terjadi ketika ada ketidakselarasan antara kehidupan sosial seseorang dan perasaan yang ada di dalam dirinya.
Hadir Secara Fisik, Absen Secara Mental
Tak sedikit orang yang hadir dalam sebuah pertemuan, tetapi pikiran mereka justru sibuk dengan gawai atau media sosial. Mereka kehilangan momen berharga karena tidak sepenuhnya hadir (*mindfulness*). Fenomena “ramai tapi sepi” ini semakin umum terjadi, terutama karena banyak orang lebih mencari validasi dari like dan komentar di internet daripada membangun interaksi nyata.
Generasi Digital yang Rentan Kesepian
Generasi muda, yang tumbuh sebagai *digital native*, disebut lebih berisiko mengalami kesepian ini. Mereka terbiasa dengan komunikasi virtual sehingga seringkali tidak merasakan kehangatan interaksi tatap muka. Tanpa disadari, hal ini dapat mengurangi kemampuan mereka untuk menjalin hubungan yang mendalam dan bermakna.
Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran akan dampak kesepian di era digital. Memperkuat *life skill* sejak dini bisa menjadi solusi agar seseorang tetap terhubung, baik dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri.