Mengurus transmisi mobil hybrid ternyata lebih menguras kantong dibandingkan mobil berbahan bakar bensin biasa. Penyebabnya beragam, mulai dari kerumitan sistem hingga harga suku cadang yang belum merakyat.
Mengapa Biaya Perbaikan Transmisi Hybrid Lebih Tinggi?
1. Banyaknya Komponen Elektronik
Transmisi mobil hybrid dipenuhi dengan rangkaian kabel dan sensor elektronik. Jika tidak ditangani oleh tangan ahli, risiko korsleting atau kerusakan tambahan bisa terjadi, sehingga biaya perbaikannya pun melambung.
2. Sistem yang Lebih Rumit
Berbeda dengan mobil konvensional, hybrid mengandalkan gabungan mesin bensin dan motor listrik. Integrasi dua sistem ini membuat proses perbaikan membutuhkan keahlian khusus.
3. Suku Cadang yang Masih Langka
Karena kebanyakan mobil hybrid tergolong baru, pasokan suku cadangnya belum melimpah di pasaran. Akibatnya, harga komponen pengganti pun ikut naik, terutama jika harus dibeli secara terpisah.
4. Tarif Bengkel Resmi yang Tinggi
Jika membawa mobil ke bengkel resmi, pemilik harus siap merogoh kocek hingga lebih dari Rp 50 juta untuk perbaikan transmisi.
5. Opsi Perbaikan Parsial
Sebagai alternatif, beberapa bengkel spesialis menawarkan perbaikan hanya pada bagian yang rusak, bukan mengganti seluruh unit. Biayanya relatif lebih terjangkau, sekitar Rp 15 juta.
Dengan risiko biaya yang cukup besar, perawatan rutin dan antisipasi dini menjadi kunci bagi pemilik mobil hybrid agar terhindar dari kerusakan serius.







