
Agam Rinjani, seorang pemandu gunung di Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengungkapkan bahwa dirinya belum menerima dana donasi dari publik usai mengevakuasi jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins, dari jurang dengan kedalaman sekitar 600 meter.
Meski demikian, warga Brasil justru mendesaknya untuk menerima sumbangan tersebut sebagai bentuk penghargaan atas upaya heroiknya.
“Mereka memaksa saya untuk menerimanya sebagai apresiasi. Saya juga sudah menjelaskan bahwa sebagian dana akan digunakan untuk penanaman pohon,” kata Agam dalam sebuah diskusi di Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
Jika nantinya dana tersebut diterima, Agam berencana mengalokasikannya untuk meningkatkan peralatan evakuasi di Gunung Rinjani.
“Orang Brasil itu bilang, uangnya nanti bisa dipakai beli perlengkapan agar operasi penyelamatan lebih aman,” ujarnya.
Selain itu, tim relawan yang terlibat dalam evakuasi akan diajak berdiskusi untuk memanfaatkan dana tersebut guna memperkuat sarana keselamatan di jalur pendakian.
“Kami akan perbaiki sistem rescue, khususnya di Rinjani, agar lebih efektif,” tambah Agam.
Sisa Dana Ditanamkan untuk Pelestarian Lingkungan
Agam menegaskan bahwa jika masih ada sisa dana, pihaknya akan menggunakannya untuk kegiatan penghijauan.
“Kalau ada sisa, kami akan tanam pohon untuk menjaga lingkungan dan pasokan oksigen,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa donasi tersebut sama sekali tidak akan dipakai untuk kepentingan pribadi, melainkan demi mendukung pendakian yang lebih aman dan nyaman.
“Semua untuk kebutuhan Rinjani, agar pendaki bisa merasa lebih terlindungi,” tegas Agam.
Agam Dijuluki “Pahlawan” oleh Warga Brasil
Agam Rinjani mendapat pujian dari warganet dan media Brasil setelah aksinya mengevakuasi jenazah Juliana Marins dari dasar jurang yang sangat dalam.
Kisah heroiknya viral di media sosial setelah ia mengunggah video dan melakukan siaran langsung selama proses evakuasi pada Rabu (25/6/2025).
Dalam unggahan di akun Instagram @agam_rinjani, ia menceritakan tantangan yang dihadapi, termasuk bermalam di tebing curam setinggi 590 meter bersama jenazah Juliana.
“Kami harus memasang anchor agar tidak terpelanting 300 meter ke bawah,” tulisnya.
Sejak awal, Agam berkomitmen untuk tidak meninggalkan lokasi sebelum jenazah Juliana berhasil dibawa ke atas.