
Stres dan Berat Badan: Ketika Tekanan Justru Memicu Kenaikan Lemak
Stres kerap dianggap sebagai pemicu turunnya nafsu makan, tetapi bagi sebagian orang, justru sebaliknya. Alih-alih kurus, tubuh malah menyimpan lebih banyak lemak saat dilanda tekanan. Fenomena ini dikenal sebagai *stress eating*, dan jika dibiarkan, bisa berdampak serius pada kesehatan.
Kortisol: Hormon Stres yang Bikin Lemak Menumpuk
Ketika stres melanda, tubuh merespons dengan memproduksi hormon kortisol dalam jumlah besar. Hormon ini mengatur metabolisme, tekanan darah, dan kadar gula, tetapi jika berlebihan, justru mendorong penimbunan lemak—terutama di perut.
*”Stres berkepanjangan membuat kortisol melonjak tinggi, sehingga tubuh cenderung menyimpan lebih banyak lemak,”* jelas psikolog klinis Kristy Dalrymple, PhD, dari Brown Health University (6/9/2025).
Tak hanya itu, kortisol berlebih juga meningkatkan produksi insulin. Kombinasi keduanya membuat tubuh lebih mudah menimbun cadangan energi sebagai lemak, meski porsi makan tidak bertambah banyak.
Mengapa Stres Bikin Lapar Terus?
Selain pengaruh hormon, stres juga mengubah kebiasaan makan. Banyak orang mencari pelarian lewat makanan manis, berlemak, atau tinggi karbohidrat—jenis yang memberi rasa nyaman sesaat tapi minim nutrisi.
*”Makanan ‘penghibur’ biasanya tinggi kalori dan rendah gizi, sehingga mudah memicu kenaikan berat badan,”* tambah Dalrymple.
Penelitian Stanford University mengungkap bahwa stres kronis memicu hormon glukokortikoid, yang mempercepat perubahan sel tubuh menjadi sel lemak.
*”Masalahnya bukan cuma porsi makan, tapi juga cara tubuh menyimpan lemak akibat stres,”* jelas Mary Teruel, ahli biologi sistem di Stanford.
Dalam percobaan pada tikus, kadar glukokortikoid yang terus tinggi membuat lemak tubuh berlipat ganda. *”Yang menarik, lonjakan singkat hormon ini tidak berdampak sama. Jadi, durasi streslah yang jadi kuncinya,”* katanya.
Dampak Jangka Panjang: Lebih dari Sekadar Angka di Timbangan
Lemak berlebih, terutama di perut, tidak hanya mengubah penampilan tetapi juga meningkatkan risiko penyakit serius.
*”Stres berkepanjangan bisa memicu penyakit jantung, diabetes tipe 2, gangguan tidur, hingga depresi,”* tegas Dr. Anthony Heaney, ahli endokrinologi dari UCLA.
Menurutnya, mengelola stres bukan hanya soal kesehatan mental, tapi juga fisik. *”Cara apa pun yang efektif mengurangi stres akan memberi manfaat besar bagi tubuh,”* ujarnya.
Tips Mengendalikan Stres agar Berat Badan Tak Melonjak
Meski stres tak selalu bisa dihindari, cara kita meresponsnya menentukan dampaknya pada tubuh. Berikut strategi yang direkomendasikan ahli:
1. Bergerak Lebih Aktif
Tak perlu olahraga berat, jalan kaki 10 menit saja sudah bisa menurunkan kortisol dan mengurangi keinginan makan berlebihan.
2. Latihan Relaksasi
Teknik pernapasan dalam, meditasi, atau yoga membantu menenangkan pikiran dan meningkatkan kualitas tidur.
3. Pilih Camilan Sehat
Sediakan buah, kacang, atau yogurt sebagai pengganti junk food. *”Lingkungan yang mendukung pola makan sehat mengurangi kebiasaan *emotional eating*,”* kata Dalrymple.
4. Fokus pada Aktivitas yang Menyerap Perhatian
Menurut Heaney, kegiatan seperti bermain tenis atau memasak—yang membutuhkan konsentrasi penuh—lebih efektif meredakan stres dibanding aktivitas pasif.
Stres mungkin membuat sebagian orang kehilangan selera makan, tetapi bagi banyak lainnya, justru jadi pemicu kenaikan berat badan. Peran kortisol, perubahan pola makan, dan stres kronis adalah faktor utamanya.
*”Mengelola stres dengan baik tidak hanya menjaga mental, tapi juga mencegah penumpukan lemak berlebihan,”* tutup Dalrymple.