
Vitamin dan Diet: Mitos vs Fakta yang Perlu Diketahui
Banyak pelaku diet enggan mengonsumsi vitamin karena khawatir bisa memicu rasa lapar dan kenaikan berat badan. Namun, dr. Samuel Stemi, MBiomed, AIFO-K, Dipl AAAM, dosen Fakultas Kedokteran IPB University, membantah anggapan tersebut. Menurutnya, vitamin adalah mikronutrien yang tidak mengandung kalori, sehingga tidak berkontribusi pada energi, melainkan berperan penting dalam metabolisme tubuh.
Meski begitu, ia mengingatkan agar waspada terhadap suplemen multivitamin yang mengandung gula atau pemanis tambahan, karena bisa meningkatkan asupan kalori harian.
Olahraga Berlebihan Justru Berisiko
Lari sering dianggap sebagai solusi cepat menurunkan berat badan. Namun, Samuel menyarankan untuk menyesuaikan jenis olahraga dengan kondisi tubuh. “Bagi yang memiliki berat badan berlebih, lari malah berpotensi menyebabkan cedera, terutama pada lutut dan pergelangan kaki,” ujarnya.
Bahaya Kekurangan Mikronutrien Saat Diet
Diet rendah lemak dan protein hewani dapat menghambat penyerapan vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak. Selain itu, risiko kekurangan zat besi, magnesium, zinc, dan yodium juga meningkat. Oleh karena itu, pemantauan nutrisi dan suplementasi selektif sangat dianjurkan.
Rekomendasi Vitamin untuk Diet
Samuel menjelaskan beberapa jenis vitamin yang bermanfaat selama diet, dengan catatan efeknya:
- Vitamin D: Mendukung penyerapan kalsium, menjaga kesehatan tulang, dan meningkatkan imunitas, terutama saat aktivitas fisik meningkat.
- Zinc: Memperkuat imun, mempercepat penyembuhan luka, dan meningkatkan kepekaan rasa. “Beberapa penelitian menunjukkan zinc membuat makanan terasa lebih nikmat,” katanya.
- Vitamin B kompleks (B1, B6, B9, B12): Penting untuk sistem saraf dan regenerasi sel. Namun, kelebihan dosis justru memicu penumpukan lemak dan resistensi insulin.
- Omega-3 (EPA dan DHA): Bersifat antiinflamasi dan membantu mengatur nafsu makan. “Pada orang sehat, efeknya bervariasi, tapi umumnya tidak meningkatkan nafsu makan secara signifikan,” jelasnya.
Suplementasi Harus Tepat dan Terkontrol
Samuel menekankan pentingnya menjaga variasi makanan untuk memenuhi kebutuhan mikronutrien. “Suplemen boleh dikonsumsi jika diperlukan, tetapi perlu diingat bahwa zinc bisa meningkatkan kenikmatan makan, vitamin B berlebih memicu penumpukan lemak, dan omega-3 mungkin memengaruhi nafsu makan,” ujarnya.
Namun, efek tersebut bisa dikendalikan jika diet dijalani dengan pemahaman yang tepat. “Dengan tekad kuat dan pengetahuan yang benar, risiko kenaikan berat badan bisa diminimalkan,” tegasnya.
Nutrigenomik: Solusi Diet Lebih Personal
Pendekatan nutrigenomik, yaitu diet berdasarkan profil genetik, disebut Samuel sebagai cara yang lebih efektif. “Kebutuhan vitamin tiap orang berbeda tergantung genetik,” jelasnya. Sayangnya, pemeriksaan nutrigenomik masih tergolong mahal.
Sebagai alternatif praktis, ia menyarankan:
- Memeriksa status nutrisi secara berkala.
- Mengikuti dosis vitamin yang dianjurkan.
- Menghindari konsumsi vitamin berlebihan tanpa anjuran dokter.
- Mengutamakan sumber nutrisi dari makanan utuh.
- Memantau respons tubuh terhadap suplemen.
- Konsultasi dokter, terutama saat menjalani diet ketat atau olahraga intensif.
“Konsultasi dengan dokter sangat penting, khususnya bagi yang melakukan diet ekstrem atau latihan berat,” tandasnya.