
Kardinal Suharyo Serukan Tobat Nasional untuk Hadapi Masalah Bangsa
Kardinal Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta, mendorong bangsa Indonesia untuk melakukan refleksi mendalam melalui tobat nasional guna menjawab berbagai tantangan yang sedang dihadapi. Dalam konferensi pers Gerakan Nurani Bangsa, Rabu (3/9/2025), ia menekankan pentingnya pengakuan jujur atas kelemahan dan kesalahan di berbagai lini, termasuk eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
“Tobat nasional adalah kata kunci saat ini. Tanpa itu, kita tidak akan bergerak ke mana-mana,” tegas Suharyo. Ia menambahkan, penyangkalan hanya akan membuat bangsa ini stagnan.
Kardinal juga menyoroti bahwa banyak kritik dan gagasan konstruktif dari akademisi, tokoh masyarakat, dan kelompok sipil sering kali berakhir sebagai wacana tanpa tindak lanjut. Ia mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam mendengarkan suara publik.
“Saya mohon, gagasan dari para akademisi yang tulus mencintai Tanah Air, tanpa kepentingan pribadi, benar-benar didengar dan dipertimbangkan,” ujarnya.
Di akhir pesannya, Suharyo mengingatkan pentingnya kejujuran dalam menilai kondisi bangsa untuk mencapai cita-cita kemerdekaan dan Indonesia Emas 2045.
Demo Agustus 2025
Gelombang demonstrasi pecah pada 25 dan 28 Agustus 2025 sebagai bentuk penolakan terhadap rencana kenaikan tunjangan anggota DPR di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Aksi ini semakin memanas setelah insiden tewasnya Affan Kurniawan (21), seorang pengemudi ojek online yang tertabrak kendaraan Brimob saat pembubaran demo di Pejompongan, Jakarta Pusat.
Keesokan harinya, aksi solidaritas meluas ke berbagai daerah, menuntut pertanggungjawaban atas insiden tersebut. Namun, situasi berubah ricuh ketika massa yang emosional mulai merusak fasilitas umum dan menyerang sejumlah titik, termasuk markas aparat, memicu kerusuhan di beberapa lokasi.