
Kasus penyebaran video deepfake oleh mantan siswa SMAN 11 Semarang kembali menyoroti bahaya teknologi di tangan yang salah. Tidak hanya merugikan korban secara psikologis, insiden ini juga memicu pertanyaan mendalam tentang motivasi pelaku dan dampak sosial yang ditimbulkannya.
Faktor Psikologis di Balik Tindakan Pelaku
Menurut psikolog Meity Arianty, ada beberapa aspek mental yang mendorong seseorang melakukan penyalahgunaan teknologi seperti ini:
- Defisit Empati: Pelaku cenderung memandang korban sebagai objek, bukan manusia dengan perasaan, sehingga tidak merasa bersalah.
- Gangguan Kepribadian: Karakter narsistik atau psikopati dapat membuat pelaku abai terhadap konsekuensi perbuatannya.
- Frustrasi yang Salah Arah: Tekanan emosional yang tidak tersalurkan dengan sehat bisa berubah menjadi aksi merugikan orang lain.
Peran Lingkungan dan Budaya Digital
Lingkungan sosial yang mengabaikan batasan etis, termasuk budaya media sosial yang kerap memuji konten provokatif, turut menciptakan ruang bagi perilaku semacam ini. Minimnya pemahaman akan tanggung jawab digital juga memperparah situasi.
Solusi Jangka Panjang
Peningkatan literasi digital dan pendidikan moral sejak dini menjadi kunci untuk mencegah kasus serupa. Masyarakat perlu diedukasi tentang konsekuensi hukum dan psikososial dari penyebaran konten manipulatif.
Jika ingin mendalami topik terkait, seperti analisis psikologis pelaku atau strategi pencegahan, silakan ajukan pertanyaan lebih lanjut.