Manchester United Catat Rekor Pendapatan, tapi Rugi Berlanjut di Tengah Performa Buruk
Manchester United baru saja merilis laporan keuangan terbaru pada Rabu (17/9/2025). Klub asal Old Trafford ini mencatat pendapatan tertinggi sepanjang sejarahnya, yakni 666,5 juta pound (sekitar Rp15 triliun). Namun, di balik angka fantastis itu, Setan Merah justru menanggung kerugian bersih untuk tahun keenam secara berturut-turut.
Pendapatan musim 2024/2025 naik tipis 0,7% dibanding tahun sebelumnya. Sayangnya, laba tersebut tidak cukup untuk menutupi defisit keuangan klub, yang mencapai 33 juta pound (Rp740 miliar). Kondisi ini semakin diperparah oleh performa tim yang terus mengecewakan.
Musim lalu, Manchester United gagal tampil di Liga Champions dan hanya finis di posisi ke-15 Liga Premier—peringkat terendah mereka dalam 51 tahun terakhir. Meski sempat melangkah ke final Liga Europa, tim besutan Ruben Amorim harus mengakui keunggulan Tottenham di partai puncak.
### Strategi Penghematan Mulai Berbuah
Meski masih merugi, jumlah kerugian Manchester United menurun drastis dari 113,2 juta pound (2023/24) menjadi 33 juta pound tahun ini. Langkah penghematan besar-besaran yang diinisiasi salah satu pemilik klub, Sir Jim Ratcliffe, menjadi kunci perbaikan ini.
Beberapa kebijakan yang diambil termasuk pemotongan biaya operasional dan efisiensi jumlah karyawan. Hasilnya, kerugian operasional klub turun signifikan dari £69,3 juta menjadi £18,4 juta.
Omar Berrada, CEO Manchester United, mengklaim langkah-langkah tersebut mulai membuahkan hasil. “Kami mulai merasakan dampak positif dari penghematan dan sedang membangun fondasi untuk jangka panjang,” ujarnya. Ia juga menekankan bahwa struktur organisasi kini lebih efisien dengan kepemimpinan baru.
### Pendapatan Komersial Tembus Rekor
Salah satu pendorong utama pendapatan Manchester United adalah kontrak sponsor jangka panjang dengan Snapdragon, yang berkontribusi pada pendapatan komersial sebesar £333,3 juta. Selain itu, pendapatan dari hari pertandingan juga mencapai rekor baru, yakni £160,3 juta.
Namun, klub memproyeksikan penurunan pendapatan musim depan ke kisaran £640–660 juta. Salah satu penyebabnya adalah kegagalan lolos ke kompetisi Eropa untuk pertama kalinya sejak musim 2014/2015.
Meski begitu, Manchester United tetap menjadi salah satu klub terkaya di dunia. Berdasarkan laporan Deloitte, Setan Merah menempati peringkat keempat dalam Football Money League, di bawah Real Madrid, Manchester City, dan Paris Saint-Germain.
Di lapangan, tekanan justru semakin besar. Musim 2025/26 diawali dengan catatan buruk: hanya empat poin dari empat laga pertama Premier League—start terburuk sejak 1992/93. Kegagalan di Piala Liga, setelah dikalahkan Grimsby Town (klub divisi empat), semakin menambah beban Amorim.
### Analisis: Dominasi Finansial Mulai Tergerus
Chris Weatherspoon, pakar finansial sepak bola, dalam tulisannya di *The Athletic* menyoroti keunikan situasi Manchester United. “Meski pendapatan dari hak siar turun £48,8 juta, United masih mencetak omzet £666,5 juta—angka tertinggi ketiga yang pernah dicapai klub Inggris,” tulisnya.
Namun, ia memperingatkan bahwa performa buruk dalam beberapa tahun terakhir membuat rival-rival mulai menyalip. Manchester City sudah berada di atas, sementara Liverpool dan Arsenal diperkirakan segera menyusul.
“Proyeksi pendapatan yang stagnan atau menurun menunjukkan bahwa kegagalan di lapangan membuka celah bagi klub lain untuk melampaui United secara finansial,” tegas Weatherspoon.
Para pemain Manchester United merayakan gol Amad Diallo pada pertandingan pramusim bertajuk Premier League Summer Series 2025 di Soldier Field, Chicago, Kamis (31/7/2025) pagi WIB.





