
Gaslighting, bentuk kekerasan emosional yang membuat korban mempertanyakan kewarasannya sendiri, sering kali menimbulkan pertanyaan: apakah pelakunya benar-benar menyadari tindakan mereka? Menurut psikolog trauma Amelia Kelley, Ph.D., jawabannya tidak selalu hitam putih. Ada pelaku yang sengaja memanipulasi, tapi ada juga yang melakukannya tanpa disadari.
Gaslighting yang Disengaja

Beberapa pelaku gaslighting bertindak dengan kesadaran penuh, menggunakan kebohongan dan manipulasi untuk mengendalikan orang lain. Kelley menjelaskan, jenis ini biasanya didorong oleh keinginan untuk berkuasa dan menimbulkan kerusakan.
“Motif utamanya adalah kekuasaan dan keinginan untuk menyakiti,” ujarnya. Pola ini tercermin dalam drama Inggris *Gas Light* (1938), di mana seorang suami secara sistematis membuat istrinya meragukan ingatannya sendiri.
Gaslighting Tanpa Disadari

Tidak semua pelaku gaslighting memiliki niat buruk. Ada yang melakukannya secara tidak sadar sebagai bentuk pertahanan diri, terutama jika mereka pernah mengalami trauma. Kelley menyebutnya sebagai *subconscious gaslighting*.
“Perilaku ini muncul dari ketakutan atau kebutuhan untuk melindungi diri,” jelasnya. Misalnya, seseorang yang sulit mengakui kesalahan mungkin menyangkal fakta dan membuat orang lain bingung. Jenis ini sering kali diikuti rasa bersalah setelahnya.
Pola Kontrol dalam Gaslighting

Selain trauma, gaslighting bawah sadar juga bisa muncul saat seseorang merasa kehilangan kendali, seperti ketika menghadapi situasi stres berat.
“Dalam tekanan ekstrem, seseorang mungkin melakukan gaslighting untuk merasa kembali berkuasa, misalnya dengan menyembunyikan informasi,” kata Kelley.
Mungkinkah Pelaku Gaslighting Berubah?
Meski sama-sama merugikan, gaslighting bawah sadar lebih mungkin diubah jika pelaku menyadari perilakunya dan berusaha memperbaiki diri.
“Perbedaannya adalah adanya niat baik dalam hubungan. Dengan terapi dan kesadaran, perubahan bisa terjadi,” ujar Kelley. Kuncinya adalah pengakuan kesalahan dan komitmen untuk berkomunikasi lebih sehat.
Menjaga Batasan untuk Perlindungan Diri
Apa pun jenis gaslighting-nya, korban perlu mengambil langkah perlindungan. Kelley menekankan pentingnya menetapkan batasan tegas.
“Tidak ada yang pantas menjadi korban gaslighting. Berani mengatakan ‘tidak’, mendokumentasikan kejadian, atau bahkan menjauhi hubungan toksik adalah hak setiap orang,” tegasnya. Ia juga menyarankan mencari dukungan dari orang terpercaya atau profesional untuk memutus siklus manipulasi.