
Kolaborasi Lintas Spesialis: Tantangan Penanganan Kanker di Indonesia
Konsep tim multidisiplin dalam penanganan kanker di Indonesia masih menghadapi kendala serius. Meski pendekatan ini dinilai efektif karena menggabungkan keahlian berbagai bidang, masalah utama muncul dari minimnya jumlah dokter spesialis dan fasilitas medis yang belum memadai di banyak rumah sakit.
Tim Terpadu untuk Diagnosis dan Terapi Kanker
Pendekatan multidisiplin mengharuskan kolaborasi berbagai tenaga medis, mulai dari ahli bedah, radiologi, onkologi, patologi, perawat, hingga tenaga pendukung lainnya. Prof. Arry Harryanto Reksodiputro, SpPD, K-HOM, FINASIM, menjelaskan bahwa meskipun metode ini sudah lama diterapkan di Indonesia, penerapannya belum merata.
*”Dalam penanganan kanker, tim multidisiplin mutlak diperlukan. Proses diagnosis dan penentuan stadium saja sudah melibatkan banyak ahli, apalagi tahap pengobatan,”* ungkapnya dalam acara ROICAM 2025 di Jakarta (27/9/2025).
Ia menekankan bahwa rumah sakit idealnya harus memiliki sumber daya lengkap, termasuk tenaga ahli, peralatan medis, dan laboratorium yang memadai.
Kekurangan Tenaga Ahli Jadi Masalah Utama
Dr. Ronald Alexander Hukom, SpPD, K-HOM, Ketua PERHOMPEDIN Cabang Jakarta, menyoroti persoalan klasik di Indonesia: jumlah dokter spesialis yang tidak sebanding dengan populasi.
*”Bahkan dibanding Vietnam dan Filipina, rasio dokter di Indonesia masih tertinggal. Pemerintah perlu membuka lebih banyak fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan, tanpa mengabaikan kualitas,”* tegasnya dalam kesempatan yang sama.
Kasus Kanker Meningkat, Target Penurunan Kematian Masih Jauh
Data Kementerian Kesehatan RI dan Global Cancer Observatory (Globocan) menunjukkan lonjakan kasus kanker di Indonesia. Tanpa intervensi serius, diprediksi terjadi kenaikan 63% kasus baru pada 2025-2040.
Pemerintah telah menyusun Rencana Kanker Nasional 2024-2034 dengan target mengurangi angka kematian hingga 70%. Namun, menurut Dr. Eka Widya Khorinal, Sp.PD, K-HOM, FINASIM, capaian tersebut masih sulit mengingat banyaknya pasien yang baru berobat pada stadium lanjut.
*”PERHOMPEDIN siap mendukung upaya pemerintah, tapi tantangannya masih besar,”* ujarnya.
ROICAM 2025: Sinergi untuk Masa Depan Penanganan Kanker
Acara Role of Internist in Cancer Management (ROICAM) 2025 digelar pada 27-28 September 2025 di Jakarta dengan tema *”Embracing the Future: Synergy among Healthcare Professionals and Stakeholders in Cancer Management”*. Tujuannya memperkuat kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk rumah sakit swasta dan pemerintah.
Beberapa tahun terakhir, semakin banyak cancer center bermunculan di rumah sakit swasta dengan fasilitas lengkap. Hal ini diharapkan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan dalam negeri.
*Ilustrasi kanker tulang.*