
Perceraian di Usia Senja: Dampak pada Keluarga dan Tantangan Emosional
Fenomena *grey divorce* atau perceraian di usia lanjut semakin banyak terjadi, terutama pada pasangan berusia di atas 50 tahun yang telah menikah dalam waktu lama, bahkan puluhan tahun. Meski perceraian bisa terjadi di berbagai tahap kehidupan, perpisahan di usia senja membawa tantangan unik, terutama dalam hal hubungan keluarga dan kestabilan emosional.
Dampak pada Anak dan Dinamika Keluarga
Salah satu efek paling terasa dari *grey divorce* adalah perubahan drastis dalam hubungan antara orangtua dan anak. Menurut psikolog klinis dewasa, Diandra Ayu Citi Wardhani, M.Psi., anak-anak mungkin kehilangan kedekatan dengan salah satu orangtua yang pindah rumah atau menjalani kehidupan terpisah. Meski ikatan tetap ada, struktur keluarga tidak lagi sama, apalagi jika muncul figur baru seperti pasangan baru orangtua di kemudian hari.
Konflik dengan Keluarga Besar
Sementara hubungan dengan keluarga besar—seperti saudara kandung atau orangtua pasangan—biasanya tidak terlalu terganggu secara emosional, masalah sering muncul saat pembagian harta warisan atau aset bersama diperdebatkan. Konflik semacam ini berpotensi memperburuk hubungan antara mantan pasangan dan kerabat dari pihak keluarga masing-masing.
Identitas dan Kesehatan Mental
Tak hanya memengaruhi hubungan sosial, *grey divorce* juga dapat mengikis rasa identitas diri dan memicu depresi, terutama bagi mereka yang telah lama menjalani pernikahan. Karena itu, menjaga komunikasi yang terbuka dan sehat sangat penting untuk mengurangi dampak emosional dan mempertahankan keharmonisan hubungan, meski status pernikahan sudah berubah.
Artikel ini tidak terkait dengan topik teknologi atau data sains yang mungkin menjadi fokus pekerjaan atau penelitian Anda.