
Nyeri pinggang sering kali muncul sebagai sensasi tidak nyaman, pegal, atau sakit di area antara tulang iga dan tulang panggul. Keluhan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, yang secara umum terbagi menjadi dua kategori: penyebab mekanikal dan nonmekanikal. Penyebab mekanikal berkaitan dengan aktivitas fisik atau perubahan posisi tubuh, sementara penyebab nonmekanikal meliputi infeksi, tumor, atau kondisi seperti osteoporosis.
Salah satu penyebab nyeri pinggang mekanikal yang sering ditemui adalah hernia nukleus pulposus (HNP), yaitu kondisi di mana bantalan tulang belakang bergeser atau menonjol sehingga menekan saraf di sekitarnya. Dr. Andra Hendriarto, Sp.OT(K), seorang dokter spesialis ortopedi konsultan tulang belakang, menjelaskan bahwa HNP dapat terjadi secara akut, misalnya akibat jatuh dalam posisi duduk, atau berkembang secara kronis.
Gejala HNP tidak hanya berupa nyeri di pinggang, tetapi juga bisa menjalar ke tungkai, disertai kesemutan, rasa lemah pada kaki, atau bahkan kesulitan duduk terlalu lama. Penderita sering kali merasa lebih nyaman saat berdiri atau berbaring. Faktor risiko utamanya termasuk duduk dalam waktu lama, terutama tanpa sandaran yang memadai—seperti saat bekerja di depan komputer. Bahkan, duduk dengan posisi bersandar sekalipun tidak selalu meredakan nyeri bagi sebagian orang.
“Selain itu, batuk atau bersin bisa memperparah nyeri. Gerakan membungkuk juga sering memicu rasa sakit yang menjalar hingga ke kaki,” tambah dr. Andra dalam acara media edukasi yang diadakan oleh RS Pondok Indah di Jakarta (17/9/2025).
Kapan Harus ke Dokter?
Meski nyeri pinggang umum terjadi, beberapa kondisi memerlukan pemeriksaan medis segera. Segera konsultasikan ke dokter jika nyeri disertai dengan:
– Riwayat jatuh, kecelakaan, atau benturan berat.
– Penurunan berat badan tanpa penyebab jelas.
– Gejala gangguan saraf seperti kelemahan, kebas, atau kesemutan.
– Usia di atas 50 tahun, karena risiko penyakit serius meningkat setelah usia 45 tahun.
Selain itu, waspadai jika nyeri pinggang muncul bersamaan dengan demam, riwayat penggunaan obat suntik (seperti insulin pada penderita diabetes), atau pengobatan untuk penyakit autoimun. Dengan pemeriksaan menyeluruh, dokter dapat menentukan penyebab pastinya dan memberikan penanganan yang tepat.