
Kesehatan mental menjadi topik yang semakin sering dibicarakan, terutama terkait perbedaan tantangan yang dihadapi oleh laki-laki dan perempuan di Indonesia. Menurut psikolog klinis Karina Negara, M.Psi., kedua gender menghadapi tekanan yang berbeda, meskipun sama-sama berdampak signifikan pada kesejahteraan psikologis mereka.
Laki-laki dan Beban sebagai Pencari Nafkah
Bagi laki-laki, tekanan terbesar datang dari ekspektasi sebagai pencari nafkah utama. Meski peran gender kini lebih fleksibel, norma sosial masih sering menempatkan laki-laki sebagai breadwinner yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarga. Beban ini kerap memicu stres dan kecemasan terkait pekerjaan serta stabilitas finansial.
Perempuan dan Tantangan Masa Depan serta Hubungan
Di sisi lain, perempuan lebih sering menghadapi kekhawatiran seputar masa depan, hubungan keluarga, dan kecemasan berlebihan. Ketidakpastian dalam karier, kehidupan pribadi, atau kondisi finansial menjadi pemicu stres utama. Selain itu, perempuan juga rentan mengalami kecemasan klinis yang ditandai dengan pikiran berulang tentang masa lalu. Konflik dalam keluarga juga sering muncul sebagai isu, meski justru bisa menjadi tanda positif karena menunjukkan keberanian untuk mengungkapkan masalah.
Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa laki-laki cenderung terbebani oleh tuntutan peran tradisional, sementara perempuan lebih sering bergulat dengan ketidakpastian dan dinamika hubungan. Keduanya sama-sama membutuhkan dukungan untuk menjaga kesehatan mental secara optimal.