
Cinta Awal yang Menggebu: Mengapa Perasaan Itu Tak Bertahan Selamanya?
Pernah merasakan getaran cinta pertama? Saat dunia terasa berwarna dan setiap detik bersamanya begitu berharga. Namun, tahukah kamu bahwa perasaan menggebu itu tak abadi? Faktanya, cinta romantis memiliki batas waktunya sendiri.
“Romansa tidak dirancang untuk bertahan seumur hidup. Jika kita menerima bahwa jatuh cinta hanyalah fase sementara, mungkin akan ada lebih sedikit perceraian dan lebih banyak kebahagiaan,” ungkap Dr. Fred Nour, ahli saraf asal California, Amerika Serikat, seperti dikutip dari *Today* (5/8/2025).
Penelitian psikologis dan sains membuktikan, euforia cinta di awal hubungan memang tidak kekal. Lalu, mengapa hal ini terjadi? Berikut penjelasannya.
Berapa Lama Cinta yang Menggebu Bertahan?
Enam Bulan: Masa Keemasan Cinta Romantis
Menurut studi *Frontiers in Psychology* (2021), fase jatuh cinta yang intens biasanya berlangsung sekitar enam bulan pertama. Masa ini disebut fase romantis, di mana pasangan merasakan kedekatan emosional, gairah, dan keintiman yang tinggi.
“Enam bulan pertama adalah periode ‘jatuh cinta’, di mana gairah dan keintiman mendominasi hubungan,” jelas para peneliti.
Setelah itu, hubungan memasuki fase kedua—*passionate love*—yang bisa bertahan hingga empat tahun. Di sini, gejolak emosi mungkin mereda, tetapi komitmen dan kenyamanan mulai menguat.
Fase berikutnya adalah *companionate love*, di mana gairah romantis berkurang, namun ikatan emosional dan rasa aman semakin dalam. Bagi banyak pasangan, justru tahap inilah yang menjadi pondasi hubungan jangka panjang.
Rahasia di Balik Perasaan Jatuh Cinta
Peran Hormon dan Kimia Otak dalam Cinta
Meski sering dikaitkan dengan hati, cinta sebenarnya bermula dari otak. Katherine Wu, PhD dari Harvard, menjelaskan bahwa perasaan cinta terbentuk dari interaksi hormon dan respons neurokimia.
Proses jatuh cinta terbagi menjadi tiga tahap utama:
– Lust (Nafsu): Dipicu oleh hormon testosteron dan estrogen.
– Attraction (Ketertarikan): Dikendalikan oleh dopamin, serotonin, dan norepinefrin.
– Attachment (Keterikatan): Dibentuk oleh oksitosin dan vasopresin.
“Setiap tahap memiliki ciri hormonnya sendiri, meski ada tumpang tindih di antara mereka,” jelas Wu.
Ketika Cinta Mulai Pudar, Apa yang Harus Dilakukan?
Momen Evaluasi untuk Hubungan yang Lebih Matang
Setiap pasangan akan melewati fase di mana perasaan menggebu mulai mereda. Saat deg-degan menghilang dan gairah berkurang, inilah waktu untuk mengevaluasi hubungan secara jernih.
“Fase ini adalah cara alam membuat kita melihat realitas. Jika setelah evaluasi kamu merasa hubungan ini masih layak dipertahankan, bertahanlah,” saran Nour.
Namun, jika kamu menyadari bahwa hubungan ini bukan pilihan terbaik, tak ada salahnya mempertimbangkan untuk berpisah.
Cinta yang awalnya penuh euforia memang akan berubah. Namun, justru di saat itulah cinta sejati—yang lebih dalam dan dewasa—bisa tumbuh.