
Kerontokan rambut hingga kebotakan bisa menjadi masalah serius bagi siapa pun, baik pria maupun wanita. Salah satu jenis kerontokan yang paling sering ditemui adalah androgenetik alopesia, yang dipicu oleh faktor keturunan dan hormon androgen.
Menurut dr. Nilam Permatasari BMedSc, Sp.BP-RE dari The Clinic Beautylosophy, kondisi ini merupakan penyebab utama kerontokan rambut. “Beberapa orang memang lebih sensitif terhadap hormon androgen, sehingga lebih rentan mengalami kebotakan,” jelasnya kepada Kompas.com (4/9/2025).
Gejala androgenetik alopesia berbeda antara pria dan wanita. Pada pria, kerontokan biasanya dimulai dari garis rambut depan atau penipisan di area ubun-ubun. Sekitar 80% pria di atas 40 tahun yang mengalami kebotakan disebabkan oleh kondisi ini. Sementara pada wanita, penipisan rambut cenderung merata di bagian atas kepala atau disertai pelebaran garis rambut.
Bisakah Kerontokan Rambut Diobati?
Meski tidak selalu bisa disembuhkan sepenuhnya, ada beberapa perawatan yang efektif memperlambat kerontokan, menghentikannya, bahkan memulihkan sebagian pertumbuhan rambut. “Sudah ada berbagai pengobatan yang disetujui FDA untuk mengatasi masalah ini,” ungkap dr. Nilam.
Menurut dr. Panji dari ERHA Clinic Jakarta, pengobatan bertujuan menekan atau memblokir hormon androgen. Namun, terapi ini bisa menimbulkan efek samping karena hormon terus diproduksi tubuh. “Pasien harus mengonsumsi obat secara terus-menerus, sehingga diperlukan opsi tambahan,” jelasnya.
Selain obat-obatan, beberapa alternatif perawatan meliputi:
– Terapi laser untuk merangsang pertumbuhan rambut.
– Suntikan PRP (Platelet-Rich Plasma) yang menggunakan konsentrat darah pasien.
– Transplantasi rambut untuk pemulihan permanen di area botak.
Salah satu terapi terkini adalah ARCHE, yang memanfaatkan chitosan dari ekstrak jamur. Bahan ini bersifat anti-inflamasi, antimikroba, dan mempercepat penyembuhan. “Terapi ini bersifat restoratif dan efektif merangsang pertumbuhan rambut. ARCHE juga telah mendapat persetujuan FDA,” papar dr. Panji.
Chitosan diaplikasikan melalui olesan atau suntikan mikro ke lapisan kulit kepala. Frekuensi perawatan bervariasi, biasanya dilakukan setiap satu atau dua minggu sekali, tergantung kondisi pasien.