
SukkhaCitta, merek fesyen berkelanjutan, tidak hanya memproduksi pakaian ramah lingkungan tetapi juga menanam sendiri bahan baku dan pewarna alaminya. Mereka mengadopsi sistem tanam tumpang sari, sebuah pendekatan yang sejalan dengan filosofi keberlanjutan mereka.
SukkhaCitta menanam bahan dan pewarna alami pakaiannya
Menggunakan sistem penanaman tumpang sari, apa itu?
Anastasia Setiobudi, Creative Director SukkhaCitta, menjelaskan bahwa jumlah petani kapas di Indonesia telah menurun drastis. Untuk mendorong minat petani kembali menanam kapas, mereka menerapkan sistem tumpang sari. Metode ini menanam dua atau lebih jenis tanaman dalam satu lahan secara bersamaan, dengan satu tanaman utama dan sisanya sebagai pendamping.
Tumpang sari bertujuan mengoptimalkan lahan dan menghasilkan panen yang beragam. “Ini adalah cara tanam yang menyembuhkan. Monokultur justru merusak tanah karena unsur haranya terkuras,” ujar Anastasia.
Selama riset, SukkhaCitta membandingkan kondisi tanah sebelum dan setelah menerapkan tumpang sari. Hasilnya, tanah menjadi lebih subur dan mampu menyerap lebih banyak karbon dioksida. “Tanaman seperti cabai berfungsi sebagai pestisida alami, sementara pohon pisang atau kelapa memberikan naungan. Mereka saling mendukung,” jelasnya.
Pewarna alami dari tanaman
Kapas yang ditanam digunakan sebagai bahan baku pakaian, ditenun dengan teknik ATBM oleh pengrajin dari lima desa mitra SukkhaCitta. Tanaman pendamping dalam sistem tumpang sari dimanfaatkan sebagai sumber pewarna alami.
Salah satu hasilnya adalah koleksi PERTIWI: A Modern Heritage Edit, yang memadukan beskap, kebaya, dan kain tradisional Nusantara. “Kami ingin petani Indonesia melihat bahwa metode leluhur ini masih relevan—bermanfaat bagi mereka dan bumi,” kata Anastasia.
Peluncuran PERTIWI: A Modern Heritage Edit
Koleksi ini hadir dalam tiga warna: putih, merah (“Tree Bark Red”), dan coklat krem (“Heirloom Brown”). Warna merah menjadi sorotan karena proses pembuatannya yang rumit. “Kami butuh tahunan untuk menemukan formula tepat, dengan menggabungkan tiga jenis kulit kayu sisa industri furnitur,” ungkap Anastasia.
Sementara itu, “Heirloom Brown” dihasilkan dari warna alami bunga kapas. Saat ini, SukkhaCitta bermitra dengan lima desa di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Flores, NTT.