
Perawat RSUI Sarankan Penggunaan Cup Feeder atau Sendok untuk Beri ASI
Ns. Joan Xaveria Mahulae, S.Kep., MKM, CIMI, perawat dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), memberikan rekomendasi penting bagi para ibu yang harus kembali bekerja setelah masa cuti melahirkan. Ia menyarankan penggunaan *cup feeder* atau sendok sebagai alternatif pemberian air susu ibu (ASI), menggantikan botol dot, untuk menghindari risiko *nipple confusion* atau bingung puting pada bayi.
Mengapa Bingung Puting Harus Dihindari?
Joan menjelaskan bahwa penggunaan dot dapat membuat bayi kesulitan menyesuaikan kembali teknik isapnya saat menyusu langsung dari payudara ibu. Hal ini tidak hanya mengganggu proses menyusui, tetapi juga berpotensi menurunkan produksi ASI karena stimulasi hisapan bayi menjadi kurang optimal.
“*Nipple confusion* bisa berdampak pada penurunan produksi ASI, padahal ASI eksklusif sangat penting bagi bayi, terutama di enam bulan pertama kehidupannya,” ujarnya dalam webinar yang dilaporkan Antara pada Senin (4/8/2025).
Strategi untuk Ibu Bekerja
Bagi ibu yang harus bekerja, Joan menyarankan agar pemberian ASI tetap dilakukan secara langsung di pagi hari sebelum berangkat dan malam hari sepulang kerja. Dengan cara ini, bayi tetap terbiasa menyusu dari payudara, sementara pengasuh di rumah dapat menggunakan *cup feeder* atau sendok saat ibu tidak ada.
“Saat cuti hampir habis, ibu perlu melatih suami atau pengasuh untuk memberikan ASI dengan *cup feeder* atau sendok, bukan dot,” jelasnya.
Jika keluarga tetap memilih menggunakan dot, Joan mengingatkan agar ibu tetap memprioritaskan sesi menyusui langsung saat bersama bayi. Langkah ini membantu mempertahankan kebiasaan menyusu alami dan mengurangi risiko bingung puting.
Solusi untuk Bayi yang Sudah Terbiasa Dot
Bagi bayi yang sudah terlanjur bergantung pada dot, Joan menyarankan dua pendekatan utama:
- Meningkatkan kontak kulit ke kulit (*skin-to-skin contact*) untuk membangun kembali ikatan dan kenyamanan bayi dalam menyusu langsung.
- Berkonsultasi dengan klinik laktasi guna mendapatkan panduan lebih lanjut dalam mengatasi kesulitan menyusui.
“Kedua langkah ini penting untuk membantu bayi kembali terbiasa menyusu langsung, demi mendukung proses pemberian ASI yang optimal,” tandas Joan.