
Vera Wang: Dari Arena Es ke Tahta Dunia Mode
Nama Vera Wang telah lama lekat dengan kemewahan dan keanggunan gaun pengantin. Di usianya yang ke-76, desainer legendaris ini masih menjadi sosok yang tak tergantikan di industri fashion global.
Kliennya beragam, mulai dari selebritas papan atas, atlet ternama, hingga tokoh-tokoh berpengaruh. Mereka mempercayakan momen pernikahan mereka pada sentuhan magis Vera Wang. Namun, di balik kesuksesannya yang gemilang, perjalanan kariernya justru dipenuhi liku-liku dan tantangan yang memaksanya untuk terus beradaptasi.
Dari Mimpi Olimpiade ke Dunia Fashion
Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Vera Wang membagikan kisah hidupnya yang penuh kejutan. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi atlet figure skating profesional. Dengan latihan keras, ia bahkan sempat berlaga di kompetisi nasional, namun gagal menembus Olimpiade 1968.
*”Hal-hal yang paling saya cintai belum tentu menjadi bidang di mana saya paling berbakat,”* ungkapnya, merujuk pada kegagalannya di dunia skating.
Putus asa dengan impian lamanya, Wang beralih ke dunia mode. Setelah lulus dari Sarah Lawrence College, ia langsung bergabung dengan *Vogue* di usia 23 tahun. Dalam waktu singkat, ia berhasil meraih posisi sebagai fashion editor, menjadikannya salah satu yang termuda dalam sejarah majalah tersebut.
*”Saya mungkin editor termuda saat itu. Bahkan mungkin sampai sekarang,”* kenangnya.
17 Tahun di Vogue dan Belajar dari Ralph Lauren
Selama hampir dua dekade, Wang membangun kariernya di *Vogue* hingga mencapai posisi senior fashion editor. Namun, ia menyadari bahwa industri fashion sering kali menganggap editor “kuno” setelah mencapai usia tertentu.
Pada 1987, ia memutuskan keluar dan bergabung dengan Ralph Lauren sebagai design director. Di sana, ia mempelajari seluk-beluk mengelola merek besar, ritme bisnis fashion, dan strategi desain skala global.
Tepat di Usia 40, Vera Wang Membangun Kerajaannya Sendiri
Tahun 1989 menjadi titik balik dalam hidupnya. Saing mempersiapkan pernikahannya sendiri, Wang kesulitan menemukan gaun yang sesuai dengan visinya—modern, elegan, namun tetap dramatis.
Dengan dorongan sang ayah, ia merancang sendiri gaun pengantinnya. Keputusan sederhana itu justru mengubah segalanya. Pada 1990, di usia 40 tahun, ia membuka butik bridal pertamanya di New York.
Awalnya, ia juga menjual desainer lain, tetapi koleksi buatan tangannya sendiri justru paling laris. Dari sinilah identitas Vera Wang tercipta: gaun pengantin yang memadukan tradisi dengan inovasinya yang berani.
Tak hanya itu, Wang juga mempopulerkan tren *second dress*—mengganti gaun untuk resepsi—yang kini menjadi standar di pernikahan modern.
Ekspansi dan Warisan yang Abadi
Dari butik kecil, Wang memperluas kerajaan fashionnya ke berbagai lini: gaun malam, busana siap pakai, parfum, aksesoris, bahkan minuman prosecco.
Kini, namanya identik dengan kemewahan dan keberanian bereksperimen. Di usia yang tak lagi muda, ia tetap aktif berkarya, membuktikan bahwa kreativitas tidak mengenal batas usia.
*”Banyak orang berpikir kita akan ‘tua dan usang’, tapi kreativitaslah yang membuat kita tetap relevan,”* tegasnya.
Pelajaran dari Perjalanan Vera Wang
Kisah Vera Wang membuktikan bahwa kariermu tidak harus linear. Gagal sebagai atlet, meninggalkan posisi mapan di *Vogue*, lalu memulai dari nol di usia 40—justru di titik itulah ia menemukan panggilan sejatinya.
Bagi siapa pun yang ragu untuk memulai hal baru, perjalanannya menjadi pengingatan: selama ada keberanian dan konsistensi, usia hanyalah angka.