
Demokrasi Tanpa Kekerasan: Pesan Muhammadiyah dan NU Usai Bertemu Prabowo
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan pentingnya menjaga demokrasi agar tidak tercampuri aksi kekerasan yang dapat mengancam persatuan Indonesia. Ia meyakini masyarakat mampu menjalankan demokrasi dengan penuh tanggung jawab dan keadaban. Pernyataan ini disampaikan setelah pertemuan 16 ormas Islam dengan Presiden Prabowo Subianto di Hambalang, Jawa Barat, Sabtu (30/8/2025).
Demokrasi yang Beradab
“Kami mendukung demokrasi dan aspirasi rakyat, tetapi harus dijalankan dengan kesadaran kolektif untuk tidak terjerumus dalam kekerasan atau tindakan yang merusak keutuhan bangsa,” ujar Haedar melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden. Ia menambahkan, pertemuan tersebut berlangsung selama tiga jam dengan diskusi terbuka antara pemerintah dan perwakilan ormas Islam.
Kesamaan Visi untuk Persatuan
Haedar menyebut Presiden Prabowo memiliki pandangan selaras dengan ormas Islam dalam hal menjaga persatuan. “Pak Presiden sangat terbuka. Kami sepakat bahwa ormas Islam, sebagai bagian penting sejarah bangsa, harus terus berkomitmen mempertahankan kesatuan Indonesia,” jelasnya.
Dialog dari Hati ke Hati
Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), turut mengungkapkan bahwa pertemuan itu membahas berbagai tantangan nasional. “Kami berdiskusi secara mendalam tentang masalah bangsa, terutama kondisi terkini, dengan suasana yang santun dan penuh pemahaman,” kata Gus Yahya.
Gerakan Literasi untuk Masa Depan
Di tengah berita ini, Kompas.com mengajak publik berpartisipasi dalam ekspedisi “Kata ke Nyata” untuk menyebarkan buku ke daerah terpencil. Satu donasi bisa membuka peluang anak-anak Indonesia meraih mimpi lebih tinggi. Informasi lebih lanjut dapat diakses di [link berikut](https://www.dapetblog.com/category/tech-news/).