
Pintu pendidikan kembali terbuka bagi puluhan remaja di Jakarta Barat yang sempat terpaksa meninggalkan bangku sekolah. Melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) 07 Cengkareng Barat, 20 anak dengan latar belakang ekonomi sulit kini mendapat kesempatan melanjutkan pembelajaran yang sempat terputus.
Dihantui Keterbatasan Finansial
Dua di antara mereka, Fatimah Azzahra (18) dan Awan Alfiansyah (17), mengalami nasib serupa – terpaksa berhenti sekolah saat masih belia akibat kesulitan keuangan keluarga. Fatimah harus meninggalkan bangku Madrasah Ibtidaiyah di kelas 6 pada 2019, sementara Awan terhenti pendidikannya di tahun pertama SMP saat pandemi melanda.
“Pilihan terakhir pindah ke pesantren pun akhirnya tidak bertahan lama. Sebelum genap setahun, saya harus keluar lagi karena masalah biaya,” kisah Fatimah kepada Kompas.com. Nasib serupa dialami Awan yang gagal mengikuti pembelajaran daring karena ketiadaan ponsel. “Ayah tak punya pekerjaan saat itu, kami bahkan tak mampu membeli telepon genggam,” kenangnya.
Mengisi Waktu dengan Bekerja
Masa-masa tanpa sekolah diisi dengan beragam pekerjaan untuk meringankan beban keluarga. Fatimah berganti-ganti profesi mulai dari buruh konveksi, pedagang rumahan, hingga pelayan kedai minuman. “Tidak ada yang bertahan lama, paling hanya beberapa bulan,” ujarnya. Awan pun menjalani pekerjaan serabutan seperti kurir dan tenaga packing dengan penghasilan tak menentu. “Pernah dapat Rp100.000 sehari, kadang kurang,” tuturnya.
Harapan Baru di SKB
Kini, lembaran baru terbuka bagi keduanya melalui program SKB di bawah Dinas Pendidikan DKI. Fatimah yang mengambil Paket B setara SMP mengaku sangat antusias. “Ini mimpi yang tak pernah saya bayangkan bisa terwujud,” katanya dengan mata berbinar. Meski sempat canggung setelah lama tak bersekolah, ia perlahan beradaptasi dengan lingkungan barunya yang penuh dukungan.
Awan pun merasakan hal serupa. “Seperti mimpi bisa kembali belajar setelah lima tahun terputus,” ucap remaja yang bercita-cita menjadi TNI itu. Keduanya kini bersemangat mengejar ketertinggalan pelajaran dan membangun kembali jaringan pertemanan yang sempat hilang.
Mimpi yang Kembali Bersinar
Program ini tidak hanya mengembalikan mereka ke bangku sekolah, tetapi juga menghidupkan kembali impian yang sempat terkubur. Fatimah tetap berpegang pada cita-cita lamanya menjadi dokter. “Sekarang ada harapan baru untuk mewujudkannya,” tekadnya. Sementara Awan melihat pendidikan sebagai jalan menuju mimpinya mengenakan seragam hijau.
Sebuah buku bisa menjadi jendela dunia. Kompas.com melalui ekspedisi Kata ke Nyata berkomitmen menghadirkan akses literasi ke pelosok negeri. Mari dukung gerakan ini dengan berdonasi via Kitabisa!