
Grand Paragon Mall di Jakarta Barat, yang dulu dikenal sebagai pusat keramaian dan gaya hidup, kini berubah drastis. Mal ini masih terlihat megah dan terawat, namun suasana di dalamnya jauh berbeda dari masa kejayaannya. Lorong-lorong yang dulu dipadati pengunjung kini terasa lengang, dengan banyak toko yang tutup atau berjuang mempertahankan bisnis mereka.
Penurunan Pengunjung yang Signifikan
Sejak pandemi melanda, jumlah pengunjung mal ini terus merosot. Orang-orang kini lebih memilih belanja secara daring, meninggalkan pusat perbelanjaan fisik seperti Grand Paragon. Hanya beberapa area, seperti supermarket dan bioskop, yang masih terlihat sedikit aktivitas. Sisanya, mal ini terkesan seperti “private mall” yang sepi dan jarang dikunjungi.
Dampak pada Pedagang
Banyak tenant yang kesulitan bertahan akibat penurunan pembeli. Beberapa bahkan memutuskan untuk menutup usaha mereka, sementara yang masih bertahan harus berinovasi agar tetap menarik pelanggan. Meski demikian, tantangan untuk kembali ke masa keemasan tampaknya masih sangat besar.
Kondisi ini menjadi cerminan perubahan perilaku konsumen yang semakin mengandalkan teknologi. Grand Paragon Mall, yang dulu menjadi ikon kemewahan dan keramaian, kini harus beradaptasi dengan realitas baru di dunia ritel.