
Kasus keracunan makanan pada anak semakin sering terjadi, salah satunya yang menimpa peserta program Makan Bergizi Gratis (MBG). Selain itu, kontaminasi makanan juga kerap berasal dari jajanan pinggir jalan yang kurang higienis atau makanan yang disajikan dalam acara-acara tertentu.
Dr. Yogi Prawira, SpA, Subs ETIA(K), dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menekankan pentingnya mengenali gejala, memberikan pertolongan pertama, dan segera mencari bantuan medis jika kondisi anak semakin parah.
Baca juga: Pria Ini Keracunan Setelah Minta Saran Medis dari ChatGPT
Gejala keracunan makanan pada anak
Keracunan makanan biasanya disebabkan oleh bakteri (misalnya Salmonella atau E. coli), virus, atau racun yang terkandung dalam makanan atau minuman. Gejala bisa muncul dalam hitungan jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Beberapa tanda yang harus diwaspadai meliputi:
“Kasus keracunan biasanya terjadi pada sekelompok anak yang mengonsumsi makanan yang sama, dengan gejala serupa dalam waktu berdekatan,” jelas dr. Yogi dalam konferensi pers IDAI, Kamis (25/9/2025).
Pertolongan pertama di rumah
Jika anak mengalami gejala keracunan, orang tua dapat melakukan langkah-langkah berikut:
Kapan harus segera ke dokter?
Segera bawa anak ke fasilitas kesehatan jika mengalami:
“Jika gejala berat, terutama disertai penurunan kesadaran atau kejang, segera bawa ke rumah sakit,” tegas dr. Yogi.
Baca juga: Keracunan Karbon Monoksida yang Membunuh Miller Gardner: Apa yang Harus Diwaspadai?
Cara mencegah keracunan makanan
Langkah pencegahan sangat penting untuk menghindari keracunan. Berikut rekomendasi dr. Yogi:
Dengan langkah pencegahan dan penanganan yang tepat, risiko keracunan makanan pada anak dapat diminimalisir.
Baca juga: Suka Makan Ikan? Ini Yang Harus Diketahui Soal Keracunan Merkuri