
Ibu Menyusui di Ruang Publik: Perilaku Alami yang Masih Dilihat dengan Mata Negatif
Menyusui di tempat umum seharusnya dianggap sebagai hal yang wajar, sama seperti memberikan makanan kepada anak. Namun, kenyataannya, masih banyak yang menganggap aktivitas alami ini sebagai sesuatu yang tabu.
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, peneliti utama sekaligus pendiri Health Collaborative Center (HCC), menjelaskan bahwa dukungan bagi ibu menyusui di ruang publik harus dimulai dari pemahaman bahwa menyusui adalah perilaku alamiah. “Persepsi idealnya adalah seseorang harus tahu dulu bahwa menyusui adalah hal yang alami dan perlu didukung,” ujarnya di Jakarta Selatan, Jumat (8/8/2025).
Sayangnya, tidak semua orang sepakat. Beberapa bahkan memiliki pandangan negatif yang justru menjadi “red flag” bagi para ibu yang ingin menyusui di tempat umum.
Persepsi Negatif Soal Ibu Menyusui di Tempat Umum
1. Merasa Tidak Nyaman
Rasa tidak nyaman saat melihat ibu menyusui di tempat umum ternyata menjadi salah satu persepsi negatif yang dominan. Penelitian HCC bertajuk *”Persepsi dan Dukungan pada Ibu Menyusui di Tempat Umum”* menemukan bahwa 30% dari 731 responden mengaku merasa risih.
Ray menekankan, dukungan bagi ibu menyusui harus didasari persepsi positif. “Individu harus punya indeks perilaku positif sebelum mendukung,” katanya.
Bunga Pelangi, MKM, peneliti HCC lainnya, menyebut ada 24 indikator persepsi yang terungkap dalam studi ini—11 positif dan 13 negatif. Indikator ini muncul dalam berbagai situasi, seperti di transportasi umum, tempat makan, atau taman.
Beberapa persepsi positif meliputi: inspiratif, bahagia, alamiah, dan penuh cinta. Sementara yang negatif mencakup: memalukan, mengganggu, vulgar, bahkan dianggap cabul.
2. Membuat Gelisah
Persepsi lain yang muncul adalah rasa gelisah. “Ketika melihat ibu menyusui di KRL, kafe, atau mal, ada yang berpikir, ‘Kok gue jadi gelisah ya’,” ujar Ray.
Gelisah ini bukan terkait keamanan, melainkan karena merasa risih. Sebanyak 29,7% responden mengalaminya.
3. Seharusnya Menyusui di Tempat Khusus
Sebanyak 29% responden beranggapan bahwa ibu harus menyusui di ruang laktasi. Padahal, tidak semua tempat umum menyediakan fasilitas tersebut.
“Responden bilang, ‘Jangan nyusuin di sini, cari tempat khusus’. Padahal, anak yang lapar tidak bisa menunggu,” jelas Ray.
Bunga menambahkan, mencari ruang laktasi yang nyaman juga tidak mudah. “Tidak efektif jika ibu harus menunggu. Menyusui di mana saja seharusnya bisa dilakukan,” ujarnya.
4. Boleh Menyusui, Tapi Harus Ditutup
Sebanyak 50% responden tidak setuju jika ibu menyusui tanpa penutup. “Mereka bilang, ‘Pakai cover dong’. Ini karena melihat payudara,” kata Ray.
Padahal, menyusui adalah aktivitas alami. Penggunaan penutup justru bisa membuat bayi tidak nyaman, bahkan berisiko menyebabkan luka pada ibu.
Secara Umum, Ibu Menyusui di Publik Ditolak
Dari keempat persepsi tersebut, Ray menyimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia cenderung menolak ibu menyusui di tempat umum. “Satu dari tiga responden memiliki persepsi kontra,” ujarnya.
Metode dan Demografi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode *social experiment* berbasis daring dengan pendekatan kuantitatif. Dari 731 responden, 84% adalah perempuan dan 16% laki-laki. Sebanyak 67% berusia di atas 30 tahun, dan 89% sudah menikah. Tingkat pendidikan responden bervariasi, dengan 60% berpendidikan di bawah SMA dan 40% sarjana atau lebih.