
Human papillomavirus (HPV) kerap diidentikkan dengan aktivitas seksual, tetapi nyatanya, virus ini juga bisa menyebar melalui cara-cara di luar hubungan intim. Faktanya, banyak orang belum menyadari betapa luasnya cara penularan HPV, sehingga risiko infeksi sering kali diabaikan.
Menurut dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, Sp.PD, K-AI, dokter spesialis penyakit dalam, HPV tidak hanya menular melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral, tetapi juga bisa terjadi secara non-seksual—misalnya dari ibu ke bayi saat persalinan atau melalui alat medis yang tidak steril. Penjelasan ini disampaikan dalam konferensi pers *Update Jadwal Kalender Imunisasi Dewasa – Revaksinasi HPV* di Jakarta Pusat, Rabu (27/8/2025).
Cara Penularan HPV: Seksual dan Non-Seksual
1. Penularan HPV Secara Seksual
Di Indonesia, beberapa tipe HPV berisiko tinggi seperti HPV 16, 18, 52, dan 58 paling sering ditemukan. Jenis-jenis ini berkaitan dengan kanker serviks, vagina, vulva, dan anus.
2. Penularan HPV Secara Non-Seksual
- Transmisi vertikal dari ibu ke bayi saat persalinan normal melalui vagina.
- Kontak sehari-hari, seperti penggunaan alat medis tidak steril atau benda yang terkontaminasi HPV.
Bayi bisa terpapar saat melewati jalan lahir yang terinfeksi atau melalui kontak langsung dengan ibu atau anggota keluarga yang membawa virus. Sementara itu, penularan di fasilitas kesehatan bisa terjadi akibat penggunaan alat skrining vagina yang tidak higienis.
“Jadi, selain lewat hubungan seksual, penularan HPV bisa terjadi pada kondisi lain sehingga kita semua perlu lebih waspada,” tegas Anshari.
Risiko dan Dampak Infeksi HPV
Data global tahun 2022 mencatat 660.000 kasus kanker serviks baru, sementara di Indonesia, angka ini mencapai 36.000 kasus per tahun dengan 21.000 kematian.
“Pengobatan kanker itu mahal, dan kutil kelamin pun mudah kambuh. Jadi, lebih baik dicegah daripada diobati,” ungkap Anshari.
Langkah Pencegahan HPV
Rekomendasi PAPDI menyebutkan bahwa revaksinasi dengan vaksin *nonavalent* dianjurkan untuk:
- Orang yang sebelumnya mendapat vaksin *bivalent* atau *quadrivalent*.
- Pasien dengan sistem imun lemah.
- Mereka yang pernah menjalani terapi lesi pra-kanker serviks.
Selain vaksinasi, skrining rutin seperti Pap smear atau HPV-DNA test juga penting untuk deteksi dini.
“Vaksinasi HPV bukan hanya untuk perempuan, tapi juga pria. Revaksinasi dengan vaksin generasi baru memberi perlindungan lebih luas,” jelas Dr. dr. Sukamto Koesnoe, Sp.PD, K-AI, FINASIM, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI.
Dengan pemahaman bahwa HPV bisa menular secara seksual maupun non-seksual, diharapkan masyarakat lebih proaktif dalam pencegahan melalui vaksinasi dan pemeriksaan berkala.