Di tengah gemerlap ibu kota Jakarta, terselip sebuah permukiman yang menyimpan kisah perjuangan dan harapan. Kampung Cahaya, atau dikenal juga sebagai Kampung Gasong, terletak di Menteng Atas, Jakarta Pusat, menjadi tempat bertahan bagi puluhan keluarga pemulung yang hidup di antara tumpukan sampah dan kondisi lingkungan yang jauh dari layak.
Kehidupan di Tengah Keterbatasan
Sebagian besar warga Kampung Cahaya adalah korban penggusuran yang terpaksa menetap di rumah-rumah semi permanen berukuran kecil. Penghasilan mereka bergantung pada aktivitas memilah sampah, dengan rata-rata pendapatan harian tak mencapai Rp 100.000. Meski hidup dalam tekanan ekonomi dan ancaman relokasi, semangat mereka tak pernah padam.
Solidaritas dan Pendidikan sebagai Harapan
Di balik kesulitan, warga menjaga rasa kebersamaan dan saling mendukung. Salah satu bentuk upaya mereka membangun masa depan yang lebih baik adalah melalui pendidikan. Sekolah sederhana seperti YOI School hadir untuk memberikan akses belajar bagi anak-anak kampung, menjadi cahaya di tengah keterbatasan.
Kampung Cahaya mungkin hanya secuil titik di peta Jakarta, tetapi ia menjadi cermin nyata ketimpangan sosial di kota metropolitan. Meski begitu, semangat dan ketahanan warganya membuktikan bahwa harapan tak pernah mati, bahkan di tempat yang paling tak terduga.





