
Angkutan barang memegang peran vital dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Namun, di balik kontribusinya yang besar, tersimpan risiko tinggi yang dapat berujung pada kerugian material maupun non-material.
Faktor Kelelahan Pengemudi Jadi Penyebab Utama Kecelakaan
Bambang Siswoyo, Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Darat, menekankan pentingnya memperhatikan aspek keselamatan dalam operasional angkutan barang. Data dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tahun 2024 mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan di sektor ini disebabkan oleh kelelahan pengemudi. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen jam kerja dan kompetensi sopir menjadi faktor krusial yang perlu diperbaiki.
“Kami terus mendorong perusahaan angkutan barang untuk mematuhi aturan jam kerja pengemudi guna meminimalisir risiko kecelakaan,” ujar Bambang dalam pernyataan resminya, Jumat (26/9/2025).
Baca juga: Jadwal MotoGP Jepang 2025, Rangkaian Balapan Dimulai Hari Ini
Muatan dan Dimensi Kendaraan Harus Diperhatikan
Selain jam kerja, Bambang juga menyoroti pentingnya pemahaman pengemudi terhadap jenis barang yang diangkut. “Pengemudi wajib mengetahui karakteristik muatan dan menghindari kelebihan dimensi atau beban karena sangat berbahaya,” tegasnya.
Kendaraan yang kelebihan muatan tidak hanya meningkatkan risiko kecelakaan, tetapi juga dapat memicu kemacetan, terutama di kawasan pelabuhan, yang pada akhirnya merugikan banyak pihak.
Baca juga: Perselisihan Parkir Pemilik Ioniq 5 dan Alphard di Jakarta
Peningkatan Kompetensi Pengemudi Jadi Solusi
Bambang menegaskan bahwa peningkatan keterampilan pengemudi harus menjadi prioritas. Pengetahuan dasar seperti pemeriksaan kendaraan sebelum operasi, pemahaman indikator keselamatan, klasifikasi barang, hingga penanganan situasi darurat wajib dikuasai.
“Diharapkan pengemudi dapat memahami tata cara pengangkutan yang aman serta regulasi yang berlaku,” tambahnya.
Dengan tingginya angka kecelakaan akibat kelelahan, perbaikan manajemen jam kerja dan pelatihan pengemudi menjadi langkah mendesak. Tanpa upaya ini, risiko di jalan raya akan terus mengancam.
Baca juga: Toyota Indonesia Ungkap Alasan Kijang Innova Reborn Masih Diproduksi