
Waspadai Gejala Alergi Makanan pada Anak: Kapan Harus ke Dokter?
Tak jarang, anak-anak mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsi makanan tertentu. Gejalanya bervariasi, mulai dari yang ringan hingga berat dan berpotensi mengancam nyawa. Lalu, bagaimana orangtua harus menyikapinya?
Menurut dr. Endah Citraresmi, Sp.A, Subsp.A.Im(K), dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menghentikan sementara konsumsi makanan yang diduga menjadi pemicu. “Perhatikan apakah gejala membaik dengan sendirinya atau tidak. Jika tidak, segera bawa anak ke Instalasi Gawat Darurat (IGD),” ujarnya, seperti dikutip dari Antara (16/9/2025).
Gejala Alergi Makanan pada Anak
Reaksi alergi makanan pada anak terbagi menjadi dua jenis:
Reaksi Cepat
Muncul dalam waktu satu jam setelah mengonsumsi makanan tertentu. Gejalanya meliputi:
- Kulit kemerahan, gatal, atau biduran (urtikaria)
- Bengkak pada bibir atau kelopak mata (angioderma)
- Muntah dan nyeri perut
- Reaksi berat seperti anafilaksis
Reaksi Lambat
Terjadi lebih dari dua jam setelah paparan, dengan gejala seperti:
- Kulit kering, gatal, dan kemerahan (dermatitis atopik)
- Diare atau BAB berdarah
- Muntah dan nyeri perut berkepanjangan
Jika anak menunjukkan gejala berat seperti sesak napas, dehidrasi, atau penurunan kesadaran, segera bawa ke IGD. “Begitu juga jika anak sangat terganggu, misalnya gatal-gatal hingga tidak bisa tidur,” tegas Endah.
Dampak Alergi Makanan pada Anak
Alergi makanan tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi juga dapat memengaruhi kualitas hidup anak. Kondisi ini berisiko menyebabkan stres, kecemasan, hingga malnutrisi akibat pembatasan makanan. Dalam kasus ekstrem, reaksi alergi parah yang tidak tertangani bisa berakibat fatal.
Pentingnya Mencatat dalam Food Diary
Selain menghentikan makanan pemicu, orangtua disarankan membuat catatan harian (food diary). Misalnya, jika anak mengalami diare setelah minum susu sapi, catat waktu, frekuensi, dan kondisi BAB-nya. Data ini penting untuk membantu dokter menegakkan diagnosis.
“Jangan langsung menyimpulkan anak alergi. Bisa jadi gejalanya disebabkan infeksi lain,” jelas Endah.
Fakta Global tentang Alergi Makanan
Menurut FAO (2020), sekitar 220 juta orang di dunia mengalami alergi makanan, dengan anak-anak sebagai kelompok paling rentan. Studi *Food Allergy in Children-The Current Status and The Way Forward* (2022) menyebutkan, sekitar 4% anak global menderita alergi makanan, dan angkanya terus meningkat.
Beberapa bahan pangan yang sering memicu alergi pada anak antara lain:
- Susu sapi dan telur
- Kacang-kacangan
- Makanan laut (kepiting, udang, lobster, ikan)
- Gandum