RSV: Ancaman Tersembunyi bagi Bayi, Khususnya yang Lahir Prematur
Respiratory Syncytial Virus (RSV) adalah patogen yang menyerang saluran pernapasan, terutama bagian bawah, dan dapat memicu Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB). Meski virus ini bisa menginfeksi semua usia, kelompok yang paling rentan adalah bayi di bawah enam bulan, khususnya mereka yang lahir sebelum waktunya.
Bayi prematur memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum matang, sehingga lebih mudah terserang RSV dengan gejala yang lebih berat. Menurut penjelasan dr. Ian Suryadi Suteja, M.Med Sc, Sp.A dalam acara *Bincang Pakar: Respiratory Syncytial Virus (RSV)* yang digelar Pfizer Indonesia, infeksi RSV pada bayi prematur bisa berujung pada perawatan intensif. Tak jarang, mereka memerlukan ventilator di ruang ICU untuk membantu pernapasan.
Proses perawatan yang bisa memakan waktu 7-10 hari juga berpotensi memengaruhi kondisi gizi bayi. Akibat nafsu makan yang turun dan kesulitan menyusu, berat badan bisa merosot. Jika berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan malnutrisi, bahkan meningkatkan risiko stunting atau gangguan pertumbuhan.
Selain itu, RSV bisa menurunkan kadar oksigen dalam darah. Penurunan yang drastis dapat memicu kejang dan, dalam kasus ekstrem, kerusakan otak akibat kekurangan oksigen. Dampak jangka panjangnya bisa berupa gangguan perkembangan.
Tak berhenti di situ, anak yang pernah terinfeksi RSV berisiko lebih tinggi mengalami masalah pernapasan di masa depan, seperti asma. Data dari dr. Ian menunjukkan bahwa risiko asma pada anak dengan riwayat RSV bisa 12 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak pernah terpapar.
Kewaspadaan orang tua dan pengasuh sangat penting. Gejala seperti batuk, demam, dan sesak napas pada bayi harus segera diperiksa. Deteksi dini dan penanganan tepat dapat mencegah komplikasi serius yang mengancam jiwa.






