
Grayson Boucher, atau yang lebih dikenal sebagai *The Professor*, adalah pebasket legendaris dengan gaya permainan penuh trik dan sulit ditebak. Namun, di balik kelincahannya, ia pernah menghadapi ujian berat: cedera tendon Achilles pada 2019 yang tak hanya mengganggu fisiknya, tetapi juga menguji kekuatan mentalnya.
Cerita The Professor hadapi cedera tendon Achilles
Saat cedera menghentikan langkah
Sosok berusia 41 tahun itu masih mengingat jelas momen ketika sepatunya gagal menopang tubuhnya, menyebabkan robekan pada tendon Achilles.
*”Saya pernah mengalami robekan tendon Achilles tahun 2019 karena sepatu kurang stabil menahan badan. Itu pengalaman cedera yang sangat serius,”* ungkapnya dalam Konferensi Pers Peluncuran ANTA di Jakarta Pusat, Selasa (26/8/2025).
Cedera Achilles dikenal sebagai salah satu luka paling menyakitkan bagi atlet, bahkan sering mengakhiri karier olahraga seseorang. Bagi The Professor, ini adalah momen terberat dalam hidupnya.
*”Bukan hanya sakit fisik, tapi juga sangat mengganggu emosi saya,”* tambahnya.
18 bulan pemulihan yang melelahkan

Pemulihan cedera ini tak mudah. The Professor harus menjalani terapi intensif selama 18 bulan, dengan jadwal tiga hingga lima kali seminggu.
*”Proses penyembuhannya lama. Saya harus bolak-balik terapi, padahal banyak pekerjaan yang menunggu,”* jelasnya.
Bagi seorang atlet yang biasa bergerak bebas, pembatasan aktivitas ini menimbulkan frustrasi. Namun, tantangan terbesarnya adalah menghadapi tekanan mental karena harus menunda berbagai rencana.
Kreativitas jadi jalan keluar
Daripada tenggelam dalam keterpurukan, The Professor beralih ke dunia digital. Ia fokus menciptakan konten kreatif untuk media sosialnya.
*”Akhirnya, saya memanfaatkan waktu untuk hal-hal lain yang bisa dilakukan. Saya terus mencari ide baru untuk konten dan memikirkan cara kembali bermain saat sudah pulih,”* ujarnya.
Dengan cara ini, ia tetap terhubung dengan penggemarnya meski tak bisa bermain basket. Kreativitas menjadi penyelamat mental sekaligus pengalih dari rasa sakit.
Menemukan optimisme di tengah kesulitan

Cedera ini mengajarkan The Professor tentang kekuatan optimisme. Meski sempat terpuruk, ia berhasil menemukan sisi positif dengan tetap kreatif dan bersemangat.
*”Saya belajar mencari optimisme dalam keadaan sulit. Dengan begitu, waktu terasa lebih cepat berlalu,”* ucapnya.
Kini, setelah pulih, The Professor kembali ke lapangan dengan energi baru. Kisahnya membuktikan bahwa cedera bisa menjadi ujian fisik dan mental, tetapi sikap dalam menghadapinya menentukan hasil akhir.