
Kim Kardashian Luncurkan Shapewear Wajah, Ludes dalam Sehari Tapi Picu Kontroversi
Merek shapewear Skims milik Kim Kardashian kembali mencuri perhatian dengan meluncurkan produk terbaru: korset wajah yang diklaim mampu membentuk garis rahang lebih tirus. Dengan harga sekitar Rp1,2 juta, produk ini habis terjual dalam waktu kurang dari 24 jam, menunjukkan betapa besarnya minat terhadap solusi instan untuk memperbaiki penampilan. Namun, di balik popularitasnya, face shapewear ini memicu perdebatan sengit di media sosial, antara yang menganggapnya inovasi kecantikan dan yang menilainya sebagai eksploitasi rasa tidak percaya diri.
Bukan Baru, tapi Dipasarkan dengan Cara Baru
Sebenarnya, korset wajah bukanlah barang baru. Selama ini, produk serupa lebih sering digunakan pascaoperasi untuk membantu pemulihan. Namun, Skims mengubah narasinya dengan memposisikan face wrap sebagai alat kecantikan sehari-hari yang bisa “mengukir” wajah tanpa prosedur bedah.
Di TikTok, tren “morning shed” semakin populer, di mana para pengguna menggabungkan korset wajah dengan plester mulut dan gua sha demi wajah yang terlihat lebih kencang saat bangun tidur. Laura Porter, ahli perawatan kulit, menyoroti bahwa produk ini jelas menargetkan generasi muda, terutama Gen Z dan milenial yang terpapar budaya influencer.
“Pemasaran Skims sangat mengandalkan narasi kecantikan instan, yang menarik bagi mereka yang ingin meniru gaya hidup selebriti,” ujar Porter. Beberapa influencer bahkan mengklaim melihat hasil langsung setelah pemakaian, seperti garis rahang yang lebih tajam. Namun, para ahli medis justru meragukan klaim tersebut.
Efek Sementara, Risiko Nyata
Dr. Anna Andrienko, pakar prosedur kosmetik, menjelaskan bahwa korset wajah mungkin memberikan efek sementara karena tekanan pada kulit. “Ini bisa mengurangi retensi cairan sesaat, tapi tidak mengubah struktur wajah secara permanen,” tegasnya. Bahkan, penggunaan berlebihan berisiko menyebabkan iritasi, jerawat, hingga gangguan sirkulasi darah.
Klaim Skims bahwa produknya “diinfus dengan kolagen” juga dibantah. “Kolagen tidak bisa diserap kulit hanya lewat kain. Manfaatnya sangat minim,” jelas Dr. Andrienko.
Dampak Psikologis yang Mengkhawatirkan
Selain masalah efektivitas, produk ini menuai kritik karena dinilai memperburuk standar kecantikan yang tidak realistis. Michelle Elman, aktivis body positivity, menegaskan bahwa korset wajah hanya mengeksploitasi harapan kosong konsumen. “Kim Kardashian punya rahang seperti itu karena perawatan mahal, bukan karena shapewear,” ujarnya.
Laura Porter menambahkan, pesan tersirat produk semacam ini berbahaya. “Menyiratkan bahwa fitur wajah alami perlu ‘diperbaiki’ bisa merusak kepercayaan diri, terutama pada remaja,” katanya. Alih-alih solusi, korset wajah justru berpotensi memperdalam ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri.